Bahtera Tauhid

Bahtera Tauhid
Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al 'Ariifi

Bulughul Maram

Bulughul Maram
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

Peran Iman Dalam Ibadah

Peran Iman Dalam Ibadah
Muhammad bin Al-Utsaimi

Sabtu, 02 Januari 2010

TAUBAT

Bertaubat dari dosa-dosa dengan cara kembali kepada Allah yang menutupi segala aib dan cela, yang Maha mengetahui yang ghaib, adalah pangkal jalan yang ditempuh oleh orang-orang saleh dan modal orang-orang yang memperoleh keuntungan dan kejayaan serta awal dari kemajuan orang-orang yang belajar. Taubat juga merupakan kunci untuk beristiqomah dan penyebab terpilihnya orang-orang yang dekat kepada Allah.

Taubat adalah langkah awal, langkah tengah dan langkah akhir. artinya, seorang hamba yang menempuh jalan akan senanriasa bertaubat, tak pernah tinggal sampai dia mati. dan bila ia pindah ke tempat lain, taubat pun akan ikut bersamanya dan selalu menyertainya. Jadi taubat merupakan langkah permulaan seorang hamba dan juga merupakan langkah terakhir.

Allah Ta'ala berfirman : "Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, mudah-mudahan kalian menjadi orang-orang yang berjaya." (QS, An-Nur, 24:31)

Ayat ini terdapat dalam surah Madaniyah dan berisi seruan Allah kepada orang-orang yang beriman sebagai manusia yang paling baik, supaya bertaubat kepada-Nya setelah mereka beriman dan sabar, dan setelah mereka hijrah dan berjihad. Di sini Allah menyatakan kemengangan bergantung kepada taubat. Dia menggunakan kata-kata la'alla yang berarti mudah-mudahan atau supaya , sebagai suatu perkenaan dan restu bahwa orang-orang yang beriman boleh mengharapkan kemenangan apabila mereka bertaubat.

Selanjutnya allah berfirman : " Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka adalah orang-orang yang zalim."(QS, Al-Hujarat, 49:11).

Maka manusia terbagi dalam dua kelompok , yaitu : orang yang bertaubat dan orang yang zalim. Dan allah menyebut orang-orang yang tidak bertaubat dengan sebutan 'orang-orang yang zalim' dan tak ada yang lebih zalim dari mereka, karena mereka tak mengenal tuhan , tak tahu hak-hak-Nya dan tidak mengetahui cela dirinya.

Dalam sebuah hadist shahih disebutkan bahwa Rasulullah saw telah bersabda : "Wahai manusia! Bertaubatlah kalian kepada allah. demi Allah, aku bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali!" (HR. Bukhari )

Adapun yang dimaksud dengan taubat ialah kembalinya seorang hamba kepada Allah, meninggalkan jalan orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat. taubat mempunyai tiga syarat jika dosa yang dilakukan menyangkut hak Allah, yaitu:

1. Menyesali dosa yang dilakukannya.
2. Meninggalkannya, dan
3. Berniat untuk tidak mengerjakannya lagi.

Menyesali dosa yang telah diperbuat adalah syarat mutlak bagi realisasi taubat, sebab orang yang tidak menyesali perbuatan jahat (dosa)nya berarti senang terhadapnya dan terhadap kesinambungannya.

Meninggalkan perbuatan dosa yang telah dilakukan juga merupakan syarat mutlak, sebab taubat mustahil bisa dilakukan seiring dengan mengerjakan dosa.

Dengan niat untuk tidak akan mengulangi perbuatan dosa yang telah dilakukan, berarti bahwa taubat itu bertumpu atas keikhlasan dan kebenaran niatnya. Sebagian ulama menetapkan syarat yang ketiga ini. Mereka mengatakan bahwa apabila hamba mengerjakan dosa itu lagi, maka taubatnya batal dan tidak sah. Tetapi mayoritas ulama tidak menetapkan syarat yang seperti ini.

Apabila dosa yang dilakukan menyangkut hak manusia (makhluk), maka si pelaku wajib memperbaiki apa yang telah dirusaknya, memohon kerelaan orang yang telah ia zalimi atau sakiti. Nabi saw bersabda ;" Barangsiapa yang berbuat zalim kepada saudaranya, baik terhadap hartanya maupun dirinya, hendaklah ia minta dihalalkan (minta maaf) hari ini (di dunia-pent) sebelum tiba saat di mana uang tidak ada lagi kecuali hanya amal saleh dan jahat." (HR. Bukhari )

Jadi dosa itu menyangkut dua hak, hak Allah dan hak manusia. Bertaubat dengan cara minta maaf kepada manusia yang dizalimi adalah untuk memenuhi hak manusuia yang bersangkutan,sedangkan penyesalan (bertaubat) dari dosa tersdebut adalah untuk memenuhi hak Allah.

Disamping itu ada taubat-taubat yang khusus diantaranya :

apabila dosa yang diperbuat bersangkut-paut dengan hak manusia berupa ghibah (menbicarakan orang lain) atau memfitnah, para ulama berbeda pendapat, apakah si pelaku wajib mengungkapkan perbuatannya itu? Madzhab abu Hanifah dan imam Malik menyatakan wajib, dengan berdasar pada hadist di atas. Madzhab yang lain tidak mewajibkan untuk memberitahukan kepada orang yang bersangkutan tentang materi ghibah atau fitnah yang dilakukan terhadapnya, cukuplah jika ia bertaubat kepada allah sambil mengingat perbuatan yang telah dilakukannya terhadap orang yang bersangkutan dan meminta maaf kepadanya. inilah pendapat yang dipilih oleh Imam Ibnu Taimiyah ra. alasannya ialah memberitahukan materi ghibah tersebut adalah mafsadat (kerusakan) beasar, dan Allah tidak membolehkannya apalagi mewajibkan.

Orang yang mengambil harta milik orang lain adalah disamping ia taubat, dia harus mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya, bila ini tidak mungkin, misalnya pemiliknya itu tidak diketahui lagi di mana rimbanya, maka ia wajib mensedekahkannya atas nama pemiliknya itu. Manakala datang hari kiamat maka si pemilik tersebut disuruh memilih antara memperkenankan apa yang telah dilakukan si hamba tersebut, yaitu mensedekahkan hartanya itu , sehingga ia mendapat pahalanya , atau ia tidak meridhainya, maka sebagian dari amal saleh orang itu sesuai dengan kadar perbuatannya diberikan kepadanya sebagai imbalan.

Adapun tentang taubat orang yang berjual beli barang yang haram seperti menjual minuman keras, atau seperti penyanyi dan saksi palsu, yang setelah berbuat uang hasil jual-beli barang haram tersebut masih berada ditangannya, maka satu pendapat mengatakan bahwa ia harus mengembalikan uang itu kepada pembelinya, karena uang itu merupakan hak milik pemiliknya dan ia tidak mengambilnya berdasarkan aturan yang halal, dan si pemilik juga tidak memperoleh manfaat yang halal dari pembelian tersebut. Pendapat yang kedua menyatakan bahwa taubatnya ialah dengan cara menyedekahkan uang tersebut, sebab bagaimana mungkin ia mengembalikan uang tersebut kepada si pemiliknya. Bukankah ia telah membantunya dalam bermaksiat kepada Allah? Begitu juga taubatnya orang yang mencampuradukkan harta yang haram dengan yang halal, yang tidak mungkin lagi untuk dipisahkan. Dia juga harus mensedekahkan sesuai dengan kadar harta yang haram. setelah itu haruslah ia menjaga kebersihan hartanya yang masih tinggal.

Rahasia-Rahasia Taubat

Seorang hamba yang berakal, jika berbuat kesalahan atau dosa, hendaklah mengingat hal-hal berikut ini:

1. Hendaklah dia ingat pada perintah dan larangan Allah. Dengan begitu akan timbul rasa bersalah dan pengakuan dosa dari dalam dirinya.
2. Hendaklah dia 9ingat pada janji dan ancaman Allah sehingga terbit rasa takut dalam dirinya, yang akan mendorongnya untuk bertaubat.
3. Hendaklah dia sadar bahwa Allah-lah yang menjadikannya mapu berbuat dosa. Seandainya Allah menghendaki niscaya Dia akan memeliharanya dari vberbuat dosa.

Dengan begitu akan muncul aneka ragam ma'rifat (mengenal) kepada Allah, ma'riifat tentang nama dan sifat-sifat-Nya, nikmat dan rahmat-Nya serta kasih sayang dan kemurahan-Nya yang merupakan syarat mutlak bagi keberhasilannya dalam beribadah (mengabdi) kepada-Nya. sebagaimana dia juga akan menyadari hubungan antara makhluk dengan perintah dan ancaman Allah melalui pengetahuannya tentang asma-asma dan sifat-sifat-Nya serta bukti-buktinya di alam semesta ini. Dan kesadaran ini akan membukakan kepadanya tentang pemandangan ma'rifat dan iman serta rahasia taqdir dan himat yang tidak mungkin dibentangkan di sini.

Diantara rahasia-rahasia teubat ialah :

1. Seorang hamba mengetahui kemahakuasaan Allah dalam taqdir-Nya. Dialah yang maha perkasa , yang mentaqdirkan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Yang membuat ketentuan bagi hamba-Nya sesuai dengan kemahasempurnaan 'izzah (kekuasaan)-Nya dengan cara membolak-balikkan hatinya dan memutarkan kehendaknya kapada apa-apa yang Dia kehendaki. dan diantara ma'rifat tentang 'izzah Allah dalam taqdir-Nya ialah seorang itu sadar dan tahu bahwa dia diatur dan berada dalam kekuasan-Nya. Tak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya dan tak ada taufiq kecuali dengan ma'unah (pertolongan)dari-Nya. Dia merasa hina, dha'if dan kecil di dalam genggaman Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Dan dengan melihat kekuasan-Nya itu maka si hamba akan bersaksi bahwa tak ada kesempurnaan, tak ada puji-pujian dan keperkasan selain yang dimiliki Allah, sementara si hamba sendiri penuh dengan keteledoran, kekurangan aib, hina dan kezaliman serta merasa selalu membutuhkan. setiap kali kesadarannya bertambah akan kehinaannya, kekurangan dan cacat serta kefakirannya maka akan bertambah pulalah penghayatannya akan 'izzah Allah, dan terhadap kemaha sempurnaan serta kemahakayan-Nya.
2. Si hamba menhetahui kemahakasih-sayangan dan kebaikan Allah yang telah menutupi aibnya, walaupun dia Maha Sempurna penglihatan-Nya sehingga kalau Dia menhendaki, Dia dapat membeberkan dan memperlihatkan perbuatan dosanya itu kepada khalayak ramai. Juga si hamba akan menyadari kemahasantunan Allah yang memberi tangguh kepada si pelaku maksiat, yang andai Dia kehendaki, Dia bisa menyegerakan siksa-Nya. dari sini terbitlah penghayatan si hamba terhadap nama Allah "Al-Haliim" (Yang Maha Santun).
3. Si hamba mengetahui kemurahanAllah dengan maghfirah-Nya. Karena maghfirahitu adalah kemurahan Allah pada si hamba. sekiranya kemurahan itu tidak diberikan, dan Dia menyiksanya itu pun adil dan terpuji, karena itu adalah hak-Nya. tetapi Dia mengampuni si hamba tidak lain karena kemurahan-Nya dan bukan karena hak-Nya. Ini akan menjadikan si hamvba bersyukur, cinta, bertaubat dan kembali kepada-Nya dan menghayati nama "Al-Ghaffaar" (Yang Maha Pengampun).
4. Menjadi sempurnanya martabat kehinadinaan, tunduk dan patuh serta merasa butuh kepada Allah pada diri si hamba yang meliputi empat tingkatan :

1. Kehinaan karena butuh kepada Tuhan. Ini adalah sifat umum yang ada pada semua makhluk.
2. Kerendahan diri dalam taat dan beribadah. Ini khusus bagi golongan hamba-hamba yang taat.
3. Ketundukan cinta. seorang yang mencintai Allah, otomatis akan tunduk dan merendah kepada-Nya sesuai dengan kadar cintanya.
4. Ketunsdukan dan rendah diri karena maksiat dan dosa, yang pada hakekatnya karena si hamba merasa fakir dan butuh kepada Allah

Bila keempat tingkatan tunduk dan rendah diri ini terhimpun, maka sikap tunduk dan merendah kepada -Nya akan menjadi lebih sempurna.

Juga diantara rahasia taubat adalah, kesadaran bahwa nama Allah "Ar-Razzaq" menuntut adanya orang yang diberi rezeki, dan "As-Samii", "Al-Bashiir" (Yang Maha Mendengar dan Melihat) menuntut adanya si hamba didengar dan selalu diawasi dan "Al-Ghafuur", "Al-'Afwu" dan "At-Tawwaab" (Yang Maha Pengampun, Pemaaf dan Penerima Taubat) menuntut adanya si hamba yang memohon ampunan dan taubat. Tidak berfungsinya nama-nama tersebut adalah hal yang mustahil. Rasulullah sendiri sebagai seorang yang paling tahu terhadap Allah telah mengisyaratkan hal ini dalam sabdanya:

"Andai kalian tidak pernah berdosa, niscaya
Allah akan melenyapkan kalian dan akan mendatangkan kaum yang lain yang berbuat dosa kemudian mereka bertaubat dan minta ampun, dan Allah akam mengampuni mereka." (H.R. Muslim)
Dan diantara rahasianya lagi adalah seperti apa yang tersebut dalam hadist berikut dalam Shahih Bukhari dan Muslim, dari anas bin Malik, bahwa Rasulullah bersabda :
"Sesungguhnya Allah amat gembira dengan taubatnya seorang hamba ketika bertaubat, dibanding gembiranya seorang musafir yang ketika sedang berada di sebuah padang gersang, unta kendarannya lari membawa bekal makanan dan minumannya. Dengan putus asa dia duduk di bawah sebuah batang pohon sambil merenung. Sementara ia dalam keadaan seperti itu , tiba-tiba untanya datang dan mendekatinya. Maka segera dia menangkapnya dan mengambil bekal bawaannya, seraya sambil berkata lantaran girangnya; 'Ya Allah ! Engkaulah hambaku, dan aku Tuhanmu…' Dia keliru bicara karena girangnya."
Akhirnya kami berharap agar Anda sekalian tidak lupa untuk berdo'a kepada Allah untuk kita semua dengan penuh keyakinan, ikhlas dan jujur memohon ampun dan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Kami berdo'a kepada Allah, mudah-mudahan Dia menjadikan kita sebagai orang-orang yang akhir do'anya (ketika menjelang ajal0 adalah;

"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kami dan Maha Terpuji. Aku bersaksi, tiada Tuhan selain Engkau. Aku memohon maghfirah-Mu dan bertaubat kepada-Mu."

Amin ya Robbal'aalamin.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Soal Jawab Masalah Iman dan Tauhid

Soal Jawab Masalah Iman dan Tauhid
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Syarah tiga landasan utama

Syarah tiga landasan utama
Abdullah bin Shalih Al-Fauzan

Pasang surut keimanan

Pasang surut keimanan
Abdurrazaq Bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr