Bahtera Tauhid

Bahtera Tauhid
Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al 'Ariifi

Bulughul Maram

Bulughul Maram
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

Peran Iman Dalam Ibadah

Peran Iman Dalam Ibadah
Muhammad bin Al-Utsaimi

Jumat, 25 Desember 2009

Tips Membentuk Pribadi Muslim Yang Sukses

Kita diciptakan oleh Allah SWT bukanlah untuk menjadi pecundang diatas dunia ini. Akan tetapi, kita telah disiapkan oleh Allah dengan potensi untuk meraih sukses yang tidak hanya pada ukuran dunia, melainkan juga sukses untuk akuran akhirat. WASPADA Online


Oleh Zulhamdi

Kita diciptakan oleh Allah SWT bukanlah untuk menjadi pecundang diatas dunia ini. Akan tetapi, kita telah disiapkan oleh Allah dengan potensi untuk meraih sukses yang tidak hanya pada ukuran dunia, melainkan juga sukses untuk akuran akhirat. Wajar dan teramat pantaslah kita merujuk kepada sosok kepribadian rasulullah yang telah banyak meraih sukses, baik itu dalam kewirausahaan, spritual, kemeliteran dan kepemimpinan. Oleh karena itu, meski Nabi Muhammad SAW adalah utusan untuk menyampaikan risalah Nya bukanlah berarti beliau hanya sekedar sukses dalam mengembangkan aspek spritual belaka yang mengarah kepada kebahagiaan akhirat bagi umat manusia, melainkan juga sukses dalam menanamkan kekreativitasan bagi umat manusia dalam mengarungi kehidupan dunia ini.

Sejak kecil beliau telah mengembala domba di daerah padang pasir yang tandus. Dan hal tersebut telah beliau lakukan dengan sukses sehingga wajar kesuksesan beliau dalam mengembala domba menjadi rujukan bagi para peternak yang menernakkan kambing, sapi, atau hewan-hewan peliharaan yang hidup di daerah yang kaya akan dedaunan dan rerumputan. Kemudian pada usia 12 tahun beliau sudah melakukan perjalanan untuk berwirausaha (berdagang) yang akhirnya ketika beliau telah dewasa ia menjadi wirausaha yang sukses. Bukti dari kesuksesan beliau yakni; beliau mampu memberikan mas kawin kepada Siti Khadijah sebanyak 20 ekor unta muda. Mungkin 20 ekor unta muda pada zaman sekarang ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan uang yang nilainya miliyaran rupiah yang kita miliki. Tetapi 20 ekor unta muda pada waktu itu merupakan suatu simbol bagi seseorang bahwa dirinya telah menjadi pengusaha kaya yang sangat sukses. Jadi Rasul kayanya bukan ketika ia telah menjadi suami Siti Khadijah seorang janda yang kaya pada waktu itu, melainkan sebelum rasul menikahinya.

Dengan kesuksesan rasul dalam wirausaha wajarlah ia menjadi bahan rujukan bagi para pengusaha kontemporer yang hidup dizaman serba modren saat ini. Kesuksesan beliau tersebut tidak hanya sebatas kesuksesan dalam mengemban amanah keduniawaiyan, melainkan juga sukses dalam mengemban tugas ke ukhrawiyan sebagai tempat akhir kehidupan manusia yang kekal dan abadi. Tugas ke ukhrawiyan tersebut beliau emban ketika berusia 40 tahun dengan pengangkatannya menjadi rasulullah di Gua Hira oleh Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril a.s. Tugas yang beliau pikul ternyata begitu berat, penghinaan, cercaan, cacian, pakian dan tindakan-tindakan teramat keji dari para pemuka Quraisy beliau terima dengan berjiwa besar. Namun dengan sikap beliau yang selalu berjiwa besar akhirnya lambat laun menyentuh hati mereka.

Pondasi Sukses Seorang Muslim
Perlu diketahui bagi setiap muslim dan muslimah, bahwa tidak ada artinya sebuah kesuksesan yang kita raih bila kita melupakan pondasi dasarnya, dan kita tidak akan dapat merasakan manisnya sebuah kesuksesan jika tidak disertai dengan jerih payah dari awal.Pondasi sukses yang mesti kita buat selaku seorang muslim adalah "bahwa tiada kesuksesan yang sesungguhnya kecuali kalau Allah Azza Wa Jalla menolong segala urusan kita." Karena hanya Ia lah yang dapat menjadikan seseorang yang kita pandang hina menjadi orang yang sukses, dan menjadikan orang-orang yang kita pandang sukses menjadi hina berdasarkan Sunnatullah dan Inayah Nya. Kalau kita berbisnis atau berwirausaha hanya mengandalkan aqal, kemampuan, dan kita juga berikhtiar, maka sangat mungkin akan beroleh sukses karena telah menetapi prasyarat sunatullah. Berdasarkan hal ini orang non muslim pun berhak untuk beroleh kesuksesan sesuai dengan apa yang mereka rencanakan dan yang mereka jerih payahkan.

Akan tetapi perlu kita ketahui bahwa bukankah rencana manusia tidak mesti selalu sama dengan rencana Allah. Kalau ternyata Dia menghendaki lain lantas kita mau apa ? mau kecewa ?. kecewa sama sekali tidak mengubah apapun. Rasa kecewa yang timbul dihati tidak lain karena kita amat menginginkan rencana Allah (Tuhan) itu hendaknya sama dengan rencana kita. Padahal Dia lah yang Maha mengetahui hikmah dibalik segala kejadian. Oleh sebab itu seorang muslim harus senantiasa memohon pertolongan dan menggantungkan harap padanya. Karena bila Allah sudah menolong, maka siapa yang bisa menghalangi pertolongan Nya meskipun jin dan manusia bergabung untuk menghalangi pertolongan Nya.

Beberapa Tips Yang Dapat Dilakukan
Untuk menjadi pribadi muslim yang sukses ada beberapa tips yang dapat kita lakukan, yakni;

Tenang; bagi seorang muslim yang ingin sukses maka dirinya mesti bersikap tenang. Tenang karena dirinya yakin akan adanya kekuasaan Allah. Dialah yang maha pemberi rezeki kepada setiap makhluk Nya. Ingatlah, bahwa diri kita hanyalah salah satu dari makhluk Nya yang pasti menerima rezeki dari Nya.

Terencana; seorang muslim yang mendambakan kesuksesan haruslah melakukan setiap kegiatan, aktivitas, pekerjaan, apapun dia haruslah dengan terencana. Karena hal ini dapat membantu memperoleh target yang kita harapkan.

Tawakal; setelah pekerjaan, kegiatan, aktivitas yang dilakukan secara terencana, seorang muslim mesti menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Karena Allahlah yang mengetahui akan hasil atau ganjaran yang kita peroleh dari suatu pekerjaan atau aktivitas yang kita lakukan.

Tekun dan Istiqomah; ini penting, karena boleh jadi kejenuhan yang kita rasakan terhadap suatu pekerjaan merupakan suatu ujian kepada kita seberapa kuat kita mampu bertahan terhadap pekerjaan yang kita tekuni tersebut.

Tegar dan Sabar; seorang muslim tidak boleh mudah menyerah atau putus asa bila gagal meraih kesuksesan yang di idamkan. Oleh karena itu, ketegaran dan kesabaran sangat dibutuhkan. Karena dengan ketegaran dan kesabaran akan menjadikan dirinya menjadi orang yang bermental baja, tahan banting terhadap segala yang menimpa dirinya.

Tawadhu’; jika seorang muslim sudah berada pada puncak kesuksesan maka ia perlu menghadirkan sikap tawadhu’ (rendah hati). Ingatlah bahwa jika yang dihadirkan itu adalah kesombongan baik itu berupa materi, ilmu dan spritual yang dimiliki, maka kesombongan itu merupakan sarana yang paling efektif untuk menjatuhkan martabat seorang muslim.

Penutup
Setiap manusia di dalam menjalani hidupnya pasti menginginkan kesuksesan. Dan ukuran kesuksesan itu tergantung dari sudut pandang mana ia memandangnya, artinya ukuran kesuksesan itu relativ. Akan tetapi bagi seorang muslim yang harus di pahami bahwa kesuksean sejati itu adalah ketika kita berhasil meyakini semua ini adalah milik Allah yang membuat kita menjadi rendah hati, terus menerus menerus membersihkan hati dan terus meningkatkan kemampuan untuk mempersembahkan yang terbaik, yang terlihat dari kemuliaan akhlak dan sempurnanya amal dengan hati yang ikhlas. Insya Allah seorang muslim akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan dunia-akhirat. Wallahu A’lam.

Jadilah Pemuda Islam Yang Memiliki Rasa Malu

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri rodhiyallohu ‘anhu, dua berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi terdahulu adalah: ‘Bila kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu.” (HR Bukhari)

Rasa malu inilah yang hilang dari dalam diri para pemuda Islam sekarang. Mengapa? Banyak diantara pemuda Islam yang tanpa sungkan meninggalkan sholat, makan dan minum di siang hari pada waktu puasa di bulan Ramadhan, mengisap rokok, meminum-minuman keras, memakai obat-obatan terlarang hingga melakukan seks bebas. Ini semua terjadi karena hilangnya rasa malu sehingga ia bisa berbuat sesuka hati sampai melanggar larangan-larangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

Jika saja rasa malu tersebut ada di dalam diri mereka, pastilah mereka akan berpikir panjang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tersebut karena diri mereka merasa diawasi oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala karena Dia telah memperingatkan dalam Firman-Nya:

وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الأرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ

“Dan Dialah Alloh (Yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu tampakkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al An’am: 3)

Pada hakikatnya, sifat malu ini memiliki banyak keutamaan sebagaimana disabdakan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam dalam hadits-hadits berikut:

1. Dari Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anhu, bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam pernah melewati seorang dari kaum Anshar yang sedang menasihati saudaranya tentang rasa malu, maka Beliau bersabda,

“Biarkan dia (menasihati saudaranya) karena rasa malu adalah bagian dari iman.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Imran bin Hushain rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata “Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dari Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu, bahwasannya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Iman itu (terdiri dari) 70 lebih atau 60 lebih cabang, yang paling utama adalah ucapan “Laa Ilaaha Illallohu”, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu adalah satu cabang dari iman.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

4. Dari Abu Sa’id Al Khudri rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata,

“Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam itu lebih malu daripada seorang gadis yang ada di dalam ruang pingitannya. Maka apabila beliau melihat sesuatu yang tidak beliau sukai kami mengetahuinya pada wajahnya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Jika rasa malu itu merupakan sebagian dari iman dan juga merupakan suatu kebaikan, tentulah para pemuda Islam akan lebih merasa diawasi oleh Alloh dengan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang telah disebutkan di atas. Mereka akan lebih memanfaatkan waktu luangnya untuk sesuatu hal yang bermanfaat dan meningkatkan ketakwaannya kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

Jika ada di dalam dirinya rasa malu maka ia tidak akan makan dan minum di siang hari ketika sedang puasa karena sekalipun tidak ada orang yang melihat maka ia merasa ada yang melihatnya yaitu Alloh. Begitupula bila ia memiliki malu maka ia tidak akan meninggalkan sholat karena ia tahu bahwa meninggalkan sholat adalah dosa besar.

Allohu A’lam.

Kamis, 24 Desember 2009

Kontak Kami



Nama
Email anda
Subject
Message
Image Verification
captcha
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]


Kegiatan

Struktur Organisasi

Sejarah

Visi dan MIsi

Foto-Foto Kegiatan

Rangkaian Acara Sanlat Al-Jihad 1430 H




































































































 

Soal Jawab Masalah Iman dan Tauhid

Soal Jawab Masalah Iman dan Tauhid
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Syarah tiga landasan utama

Syarah tiga landasan utama
Abdullah bin Shalih Al-Fauzan

Pasang surut keimanan

Pasang surut keimanan
Abdurrazaq Bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr