Bahtera Tauhid

Bahtera Tauhid
Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al 'Ariifi

Bulughul Maram

Bulughul Maram
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

Peran Iman Dalam Ibadah

Peran Iman Dalam Ibadah
Muhammad bin Al-Utsaimi

Jumat, 31 Desember 2010


Assalamu'alaikum Wr Wb

Ahlan Wa Sahlan...

Terimakasih Telah Berkunjung Ke Blog Kami

Forum Remaja Masjid Al-Jihad

Semoga Bisa Bermanfaat

dan

Menambah Ibrah Kita Semua
.....

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Kamis, 07 Januari 2010

Untukmu Ukhti

Wahai ukhti fillah....
Inilah harapan hati dari setiap ikhwan kepada kalian, harapan yang akan menjadi tumpuan pilihan kelak, yang akan memberikan amanah tertinggi, karena bersama kalianlah kelak kami akan mengarungi bahtera hidup...

Wahai ukhti fillah...
Jadilah Muslimah yang senantiasa menjaga agamanya, yang selalu melangkah dengan agama, gerak gerik dengan agama. Karena kami tidak akan pernah mencintai wanita yang tidak mempunya landasan agama.

"Aku mencintaimu karena agamamu. Jika kau meninggalkan agamamu, aku akan meninggalkanmu." (Imam Nawawi)

Ibnu Uyainah berkata, “Siapa yang menikah karena menginginkan kehormatan maka dia akan hina. Siapa yang menikah karena cari harta maka dia akan menjadi miskin. Namun siapa yang menikah karena agamanya maka akan Allah kumpulkan untuknya harta dan kehormatan di samping agama”.

Wahai Ukhti Fillah..
Sesungguhnya yang kami harapkan bukanlah hartamu, suaramu ataukah wajahmu yang elok rupa. Karena kami tahu bahwa itu semua adalah sebuah kesemuan belaka. Harapan kami adalah kesolihan-an mu,karena itu sebenar2nya kekayaan yang kalian miliki…

"Tiada kekayaan yg diambil seorang mukmin setelah takwa kepada Allah yang lebih baik dari istri sholihah.? [Hadits Riwayat Ibn Majah]

“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim).

Wahai Ukhti fillah…
Jadilah wanita-wanita penyayang, wanita-wanita yang selalu mencintai segalanya karena Allah. Yang akan senantiasa saling melengkapi segala kekurangan kami, yang senantiasa menerima kami apa adanya, karena kami hanyalah manusia biasa. Harapan tertinggi hanyalah padaNya.

"Artinya : Nikahilah wanita-wanita yang penyayang dan subur (banyak anak)"[Ditakhrij oleh Abu Dawud No. 2050 Kitab Nikah, Nasa'i No. 3227 Kitab Nikahdan Ahmad 3/158,245]

Wahai ukhti fillah
Berjilbab bukanlah halangan untuk maju! Aisyah ra adalah contoh nyata bahwa hijab tidak menghalangi beliau sebagai guru para sahabat radliyyallaahu anhum. Ketinggian ilmu Bunda Aisyah tidak ada tandingannya. Shahabiyah yang lainpun menorehkan tinta emas dalam sejarah panjang kegemilangan Islam. Semuanya dilakukan dengan elegan, bermartabat dan berkualitas. Bukan dengan cara pintas yang menggadaikan harkat dan jati diri.

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S Al-Ahzab : 59)

Wahai ukti fillah…
Masih banyak harapan kami kepada kalian semua. Semoga ini bias menjadi muhasabah (koreksi) sejauh mana kita telah melangkah, jalur manakah yang kita pilih. Apakah kesamaran ataukah benar-benar jalan agama…

Ciri-Ciri wanita Sholeha

Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah Subhanahuwata’ala

Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami

Berikut ini antara lain perincian dari dua syarat di atas:

1. Taat kepada Allah dan RasulNya

Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah?
- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.
Firman Allah s.w.t.:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang mengangkat tandingan tandingan selain Allah, mereka mencintaiNya sebagaimana mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al Baqarah, 165).

“Katakanlah jika babak-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuwatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya, dan daripada berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya” (QS. At taubah, 24).

“Tidak sempurna iman seorang di antara kamu sebelum ia lebih mencintai aku daripada mencintai ibu-bapaknya, anaknya, dan semua manusia” (HR Bukhari).

- Wajib menutup aurat
"Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan khumur (Ind: jilbab)nya ke dadanya…'"Annur(24):31
Hadis riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk
menjumpai Rasulullah SAW dengan pakaian yang tipis, lantas
Rasulullah SAW berpaling darinya dan berkata:"Hai Asma,
seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil
baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini," sambil beliau
menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR. Abu Daud dan Baihaqi)

- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmudan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-ahzab : 33)

" ada dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah aku melihatnya, yaitu: suatau kaum yang bersamanya cambuk seperti seekor sapi yang digunakannya untuk mencambuk orang-orang, dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, genit, kepalanya seperti punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk surga, sesungguhnya bau surga itu tercium dari jarak ini dan itu". (H.R Ibnu Khuzaimah).

- Seorang Wanita tidak boleh berkhalwat (berduaan) dengan Lelaki non mahram dan tidak boleh melakukan safar berdua dengannya.

(Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Janganlah seorang wanita melakukan safar kecuali bersama mahram." (Muttafaq alaih)


- Membantu suami dalam menegakkan nilai-nilai Islam dalam rumah tangga dan lingkungan sekitar, dalam berjihad fii sabiilillah meninggikan kalimat Allah ta’ala dan tidak memjadi penghalang suami dari syari’at Allah ta’ala dan Rosul Nya Shalallahu ‘Alaihi Wasallam .


- Berbuat baik kepada ibu & bapa
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” (QS. Al-Ahqaaf : 15)

- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yag menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik... Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal." (Q.S Ali-Imran: 133-136)

Rasulullah saw pun mengingatkan kita untuk jangan segan bersedekah, meski hanya dengan sebutir kurma. "Jauhkanlah dirimu dari api neraka walaupun dengan (bersedekah) sebutir kurma." (HR Muttafaq alaih).

- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir r.a, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kalian masuk menemui wanita yang bukan mahram!" Seorang laki-laki Anshar berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan ipar?" Rasulullah saw. bersabda, "Ipar adalah maut!" (HR Bukhari [5232] dan Muslim [2172]).

- Bersikap baik terhadap tetangga
“Wahai para wanita muslimah! Wahai para wanita muslimah! Janganlah salah seorang diantara kalian meremehkan tetangganya meskipun [pemberiannya] hanya berupa kaki domba.” (Shahih) Lihat: [Bukhari: 78-Kitab Al Adab, 30-Bab Takhunu Jaaroh Lijarotiha. Muslim: 12-Kitab Az Zakah, hal. 90]

Dari Abu Amir Al Himsi berkata, ”Tsauban berkata,
”Tidak ada dua orang yang saling mengisolir lebih dari tiga hari, lalu salah seorang dari mereka meninggal dalam keadaan seperti itu, melainkan keduanya akan binasa. Dan tidak ada seorangpun yang menzhalimi tetangganya dan menyakitinya sampai hal itu membawanya keluar dari rumahnya kecuali dia pasti akan binasa.” (Shahih secara sanad)

2. Taat kepada suami

- Taat kepada suami selama dia tidak menyuruh berbuat maksiyat kepada Allah ta’ala.
“Sekiranya aku boleh memerintahkan orang bersujud kepada orang lain, niscaya akan aku perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya.”
Dalam riwayat yang lain dikatakan dari Aisyah Radhiallahu ‘Anha :
“Aku bertanya kepada nabi SAW, siapakah orang yang mempunyai hak sepenuhnya atas seorang istri?” Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab : “Suaminya.” Aku bertanya lagi : ” siapakah orang yang mempunyai hak sepenuhnya atas seorang suami?” Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab : ” Ibunya.” (HR. al Hakim).
- Menjaga kehormatan suamimya, hartanya dan rahasia rumah tangga serta tidak menceritakannya kepada orang lain.

- Tidak berpuasa sunnah kecuali dengan izin suami, tidak keluar rumah kecuali dengan izin suami, tidak menyakiti suami baik dengan ucapan atau perbuatan serta berbuat baik dengan orang tua dan kerabat suami.

- Banyak bersyukur kepada suami dan tidak banyak menuntut, tidak mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah dia berikan kepada suami dan keluarganya baik berupa harta dan lainnya.
Bersabda Rosulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam :
“Hak suami atas istrinya adalah, tidak boleh menolak permintaannya terhadap dirinya meskipun dia berada diatas kendaraan, dan tidak boleh berpuasa sunnah walaupun sehari kecuali dengan izin suaminya, dan jika dia melanggar maka berdosa dan tidak diterima amalnya, dan tidak boleh memberi sesuatu dari dalam rumahnya kecuali dengan izin suaminya, jika dia berbuat itu maka pahalanya untuk suaminya dan dosa un tuk istrinya, dan tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya, jika dia melanggar akan dilaknat oleh Allah ta’ala dan malaikat Nya sampai dia bertaubat atau kembali meskipun suaminya dzholim.” ( HR. ath Thoyalisi )
Bersabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam :
“Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada dirumah kecuali dengan izinnya.” ( HR. Muttafaqun ‘alaihi. )
Bersabda Rosulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam :
“Jika seorang suami mengajak istrinya tidur diranjang dan istrinya menolak sehingga suaminya marah pada malam itu, maka istri tersebut dilaknat oleh malaikat sampai pagi hari.” ( HR. Bukhori no. 2998)
- Senantiasa menyenangkan suami, berhias dan tidak bermuka masam, murah senyum serta tidak menampakkan hal-hal yang tidak disenangi suami.
Bersabda Rosulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam :
“Sebaik-baik wanita ialah jika kau memandangnya menyenangkanmu, jika kau perintah menta’atimu, jika kau tinggalkan dia menjaga dirinya dan memelihara hartamu.” (HR Abu Daud).
Membantu suami dalam menegakkan nilai-nilai Islam dalam rumah tangga dan lingkungan sekitar, dalam berjihad fii sabiilillah meninggikan kalimat Allah ta’ala dan tidak memjadi penghalang suami dari syari’at Allah ta’ala dan Rosul Nya Shalallahu ‘Alaihi Wasallam .
Firman Allah ta’ala :
“Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu* Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS, at Taghoobun ; 14)
* Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.
Firman Allah ta’ala dalam suroh al Anfal ayat ; 28 :
” Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Dalam ayat diatas Allah ta’ala menegaskan bahwa anak, istri dan harta bisa menjadi penghalang seorang suami dari jalan Allah ta’ala, maka hendaklah seorang istri memperhatikan hal ini, sehingga dia mampu menjaga dari fitnah ini serta dapat membantu suami dalam kebaikan dan ibadah kepada Allah ta’ala.
Seorang istri wajib membantu suaminya agar tetap berbakti kepada orang tuanya, menjalin silahturahmi dengan kerabatnya dan istri-istrinya yang lain, tidak membuat sikap yang dapat menyakitkan hatinya atau menjadi penghalang suami dalam bersikap yang sesuai syari’at dan beramal sholih.
Janganlah seorang istri bersikap acuh tak acuh, tidak peduli dengan suaminya, membebani suaminya dengan sesuatu yang berada diluar kemampuannya.
Hendaklah seorang istri menjadi factor pendorong dan motivasi bagi suami dalam beribadah kepada Allah ta’ala, berjihad di jalan Allah, berdakwah dan berakhlak yang baik disekitarnya sehingga menjadi uswah (teladan) bagi lingkungan sekitarnya.

Palembang, 7 Januari 2010
Zundillahi

Sabtu, 02 Januari 2010

Lepaskan diri dari cinta dunia

"Akan datang masa di mana kamu diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkuk." Para sahabat bertanya, "Apakah saat itu jumlah kami sedikit ya Rasulallah?" Rasulullah bersabda, "Tidak, bahkan saat itu jumlahmu sangat banyak, tetapi seperti buih di lautan karena kamu tertimpa penyakit `wahn`." Sahabat bertanya, "Apakah penyakit `wahn` itu ya Rasulallah?" Beliau menjawab, "Penyakit `wahn` itu adalah terlalu cinta dunia dan takut mati."

Rasulullah yang mulia adalah contoh seorang pemimpin yang sangat dicintai umatnya; seorang suami yang menjadi kebanggaan keluarganya; pengusaha yang dititipi dunia tapi tak diperbudak oleh dunia karena beliau adalah orang yang sangat terpelihara hatinya dari silaunya dunia. Tidak ada cinta terhadap dunia kecuali cinta terhadap Allah. Kalaupun ada cinta pada dunia, hakikatnya itu adalah cinta karena Allah. Inilah salah satu rahasia sukses Rasulullah.

Apa yang dimaksud dengan dunia? Firman-Nya, "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan... Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Q.S. Al-Hadiid [57]:20)

Dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah. Misalnya, salat, saum atau sedekah, tetap dikatakan urusan dunia jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah.

Sebaliknya, orang yang sibuk siang malam mencari uang untuk didistribusikan kepada yang memerlukan atau untuk kemaslahatan umat -- bukan untuk kepentingan pribadi -- bukan untuk kepentingan pribadi terhadap Allah, walau aktivitasnya seolah duniawi. Artinya, segala sesuatu yang membuat kita taat kepada Allah, maka hal itu bukanlah urusan dunia.

Bagaimana ciri orang yang cinta dunia? Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan diperbudak oleh apa yang dicintainya. Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati. Ada yang menjadi sombong, dengki, serakah atau capek memikirkan yang tak ada. Makin cinta pada dunia, makin serakah. Bahkan, bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya.

Ciri lainnya adalah takut kehilangan. Seperti orang yang bersandar ke kursi, maka akan takut sandarannya diambil. Orang yang bersandar ke pangkat atau kedudukan, maka ia akan takut pangkat atau kedudukannya diambil. Oleh sebab itu, pencinta dunia itu tidak pernah merasa bahagia.

Rasulullah yang mulia, walau dunia lekat dan mudah baginya, tetapi semua itu tidak pernah sampai mencuri hatinya. Misalnya, saat pakaian dan kuda terbaiknya ada yang meminta, beliau memberikannya dengan ringan. Beliau juga pernah menyedekahkan kambing satu lembah. Inilah yang membuat beliau tak pernah terpikir untuk berbuat aniaya.

Semua yang ada di langit dan di bumi titipan Allah semata. Kita tidak mempunyai apa-apa. Hidup di dunia hanya mampir sebentar saja. Terlahir sebagai bayi, membesar sebentar, semakin tua, dan akhirnya mati. Kemudian terlahir manusia berikutnya, begitu seterusnya.

Bagi orang-orang yang telah sampai pada keyakinan bahwa semuanya titipan Allah dan total milik-Nya, ia tidak akan pernah sombong, minder, iri ataupun dengki. Sebaliknya, ia akan selalu siap titipannya diambil oleh Pemiliknya, karena segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tidak ada artinya. Harta, gelar, pangkat, jabatan, dan popularitas tidak akan ada artinya jika tidak digunakan di jalan Allah. Hal yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Oleh sebab itu, jangan pernah keberadaan atau tiadanya "dunia" ini meracuni hati kita. Jika memiliki harta dunia, jangan sampai sombong, dan jika tidak adanya pun, tidak perlu minder.

Kita harus meyakini bahwa siapa pun yang tidak pernah berusaha melepaskan dirinya dari kecintaan terhadap dunia, maka akan sengsara hidupnya. Mengapa? Sumber segala fitnah dan kesalahan adalah ketika seseorang begitu mencintai dunia. Semoga Allah mengaruniakan pada kita nikmatnya hidup yang tak terbelenggu oleh dunia. Wallahu a`lam.

Menikahi Wanita Hamil (mohon disebarkan)....

Segala puji hanya bagi Allah, Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan sahabatnya yang setia sampai hari kiamat, amma ba?du;

Sebenarnya sudah lama saya ingin menuliskan tentang masalah ini agar menjadi jelas dan gamblang, namun alhamdulillah ternyata sudah ada artikel yang cukup bagus, ilmiyyah dan berbobot, sehingga saya cukupkan dengan artikel tersebut karena apa yang saya inginkan sudah terwakili olehnya.

Artikel dibawah ini adalah pendapat yang benar dalam masalah ini menurut Al-Qur?an, As-Sunnah dan Salafush Shaleh. Pada bagian terakhir saya (Abdullah Saleh Hadrami) akan menyertakan bantahan terhadap syubhat yang ada dalam masalah ini.

Menikahi Wanita Hamil

Untuk menghindari aib maksiat hamil di luar nikah, terkadang orang justru sering menutupinya dengan maksiat lagi yang berlipat-lipat dan berkepanjangan. Bila seorang laki-laki menghamili wanita, dia menikahinya dalam keadaan si wanita sedang hamil atau meminjam orang untuk menikahi-nya dengan dalih untuk menutupi aib, nah apakah pernikahan yang mereka lakukan itu sah dan apakah anak yang mereka akui itu anak sah atau dia itu tidak memiliki ayah ? Mari kita simak pembahasannya !!

Status Nikahnya :

Wanita yang hamil karena perbuatan zina tidak boleh dinikahkan, baik dengan laki-laki yang menghamilinya atau pun dengan laki-laki lain kecuali bila memenuhi dua syarat :*1

Pertama; Dia dan si laki-laki taubat dari perbuatan zinanya.*2 Hal ini dikarenakan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengharamkan menikah dengan wanita atau laki-laki yang berzina, Dia Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
Artinya ?Laki-laki yang berzina tidak mengawini, kecuali perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik dan perempuan yang berzina tidak dikawini, melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik dan yang demikian itu, diharamkan atas orang-orang yang mu?min.?3

Syaikh Al-Utsaimin berkata, ?Kita mengambil dari ayat ini satu hukum yaitu haramnya menikahi wanita yang berzina dan haramnya menikahkan laki-laki yang berzina, dengan arti, bahwa seseorang tidak boleh menikahi wanita itu dan si laki-laki itu tidak boleh bagi seseorang (wali) menikahkannya kepada putri-nya.4

Bila seseorang telah mengetahui, bahwa pernikahan ini haram dilakukan namun dia memaksakan dan melanggarnya, maka pernikahannya tidak sah dan bila melakukan hubungan, maka hubungan itu adalah perzinahan.5 Bila terjadi kehamilan, maka si anak tidak dinasabkan kepada laki-laki itu atau dengan kata lain, anak itu tidak memiliki bapak.6 Orang yang menghalalkan pernikahan semacam ini, padahal dia tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengharamkannya, maka dia dihukumi sebagai orang musyrik. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
Artinya, ?Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan (sekutu) selain Allah yang mensyari?atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?? 7

Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan orang-orang yang membuat syari?at bagi hamba-hambaNya sebagai sekutu, berarti orang yang menghalalkan nikah dengan wanita pezina sebelum taubat adalah orang musyrik.*8

Namun, bila sudah bertaubat, maka halal menikahinya, tentunya bila syarat ke dua berikut terpenuhi.*9

Ke dua : Dia harus beristibra? (menunggu kosongnya rahim) dengan satu kali haidl, bila tidak hamil, dan bila ternyata hamil, maka sampai melahir-kan kandungannya.*10

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda : Artinya, ?Tidak boleh digauli (budak) yang sedang hamil, sampai ia melahir-kan dan (tidak boleh digauli) yang tidak hamil, sampai dia beristibra? dengan satu kali haid.*11

Di dalam hadits di atas, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang menggauli budak dari tawanan perang yang sedang hamil sampai melahirkan dan yang tidak hamil ditunggu satu kali haidl, padahal budak itu sudah menjadi miliknya.

Juga sabdanya Shallallaahu alaihi wa Sallam : Artinya, ?Tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dia menuangkan air (maninya) pada semaian orang lain.*12

Mungkin sebagian orang mengatakan, bahwa yang dirahim itu adalah anak yang terbentuk dari air mani si laki-laki yang menzinainya yang hendak menikahinya. Jawabnya adalah apa yang dikatakan oleh Al Imam Muhammad Ibnu Ibrahim Al Asyaikh , ?Tidak boleh menikahinya sampai dia taubat dan selesai dari ?iddahnya dengan melahirkan kandungannya, karena perbedaan dua air (mani), najis dan suci, baik dan buruk dan karena bedanya status menggauli dari sisi halal dan haram.? 13

Ulama-ulama yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Daimah mengatakan, ?Dan bila dia (laki-laki yang menzinainya setelah dia taubat) ingin menikahinya, maka dia wajib menunggu wanita itu beristibra? dengan satu kali haidl sebelum melangsungkan akad nikah dan bila ternyata dia hamil, maka tidak boleh melangsungkan akad nikah dengannya, kecuali setelah dia melahirkan kandungannya, berdasarkan hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam yang melarang seseorang menuangkan air (maninya) di persemaian orang lain.?*14

Bila seseorang nekad menikahkan putrinya yang telah berzina tanpa beristibra? terlebih dahulu, sedangkan dia tahu bahwa pernikahan itu tidak boleh dan si laki-laki serta si wanita juga mengetahui bahwa itu adalah haram, maka pernikahannya itu tidak sah. Bila keduanya melakukan hubungan badan maka itu adalah zina. Dia harus taubat dan pernikahannya harus diulangi, bila telah selesai istibra? dengan satu kali haidh dari hubungan badan yang terakhir atau setelah melahirkan.

Status Anak Hasil Hubungan di Luar Nikah.

Semua madzhab yang empat (Madzhab Hanafi, Malikiy, Syafi?i dan Hambali) telah sepakat bahwa anak hasil zina itu tidak memiliki nasab dari pihak laki-laki, dalam arti dia itu tidak memiliki bapak, meskipun si laki-laki yang menzinahinya dan yang menaburkan benih itu mengaku bahwa dia itu anaknya. Pengakuan ini tidak dianggap, karena anak tersebut hasil hubungan di luar nikah. Di dalam hal ini, sama saja baik si wanita yang dizinai itu bersuami atau pun tidak bersuami.*15 Jadi anak itu tidak berbapak.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam : Artinya ?Anak itu bagi (pemilik) firasy dan bagi laki-laki pezina adalah batu (kerugian dan penyesalan).? 16

Firasy adalah tempat tidur dan di sini maksudnya adalah si istri yang pernah digauli suaminya atau budak wanita yang telah digauli tuannya, keduanya dinamakan firasy karena si suami atau si tuan menggaulinya atau tidur bersamanya. Sedangkan makna hadits tersebut yakni anak itu dinasabkan kepada pemilik firasy. Namun karena si pezina itu bukan suami maka anaknya tidak dinasabkan kepadanya dan dia hanya mendapatkan kekecewaan dan penyesalan saja.17

Dikatakan di dalam kitab Al-Mabsuth, ?Seorang laki-laki mengaku berzina dengan seorang wanita merdeka dan (dia mengakui) bahwa anak ini anak dari hasil zina dan si wanita membenarkannya, maka nasab (si anak itu) tidak terkait dengannya, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam : Artinya ?Anak itu bagi pemilik firasy, dan bagi laki-laki pezina adalah batu (kerugian dan penyesalan)? 18

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah menjadikan kerugian dan penyesalan bagi si laki-laki pezina, yaitu maksudnya tidak ada hak nasab bagi si laki-laki pezina, sedangkan penafian (peniadaan) nasab itu adalah murni hak Allah Subhanahu wa Ta'ala.19
Ibnu Abdil Barr berkata, Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ?Dan bagi laki-laki pezina adalah batu (kerugian dan penyesalan)? Maka beliau menafikan (meniadakan) adanya nasab anak zina di dalam Islam. 20

Oleh karena itu anak hasil zina itu tidak dinasabkan kepada laki-laki yang berzina maka :

Anak itu tidak berbapak.
Anak itu tidak saling mewarisi dengan laki-laki itu.
Bila anak itu perempuan dan di kala dewasa ingin menikah, maka walinya adalah wali hakim, karena dia itu tidak memiliki wali.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, Artinya ?Maka sulthan (pihak yang berwenang) adalah wali bagi orang yang tidak memiliki wali?21

Satu masalah lagi yaitu bila si wanita yang dizinahi itu dinikahi sebelum beristibra? dengan satu kali haidh, lalu digauli dan hamil terus melahirkan anak, atau dinikahi sewaktu hamil, kemudian setelah anak hasil perzinahan itu lahir, wanita itu hamil lagi dari pernikahan yang telah dijelaskan di muka bahwa pernikahan ini adalah haram atau tidak sah, maka bagaimana status anak yang baru terlahir itu ?

Bila si orang itu meyakini bahwa pernikahannya itu sah, baik karena taqlid kepada orang yang membolehkannya atau dia tidak mengetahui bahwa pernikahannya itu tidak sah, maka status anak yang terlahir akibat pernikahan itu adalah anaknya dan dinasabkan kepadanya, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Ibnu Qudamah tentang pernikahan wanita di masa ?iddahnya di saat mereka tidak mengetahui bahwa pernikahan itu tidak sah atau karena mereka tidak mengetahui bahwa wanita itu sedang dalam masa ?iddahnya, maka anak yang terlahir itu tetap dinisbatkan kepadanya padahal pernikahan di masa ?iddah itu batal dengan ijma para ulama, berarti penetapan nasab hasil pernikahan di atas adalah lebih berhak.22

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan hal serupa, beliau berkata, ?Barangsiapa menggauli wanita dengan keadaan yang dia yakini pernikahan (yang sah), maka nasab (anak) diikutkan kepadanya, dan dengannya berkaitanlah masalah mushaharah (kekerabatan) dengan kesepakatan ulama sesuai yang saya ketahui, meskipun pada hakikatnya pernikahan itu batil di hadapan Allah dan RasulNya, dan begitu juga setiap hubungan badan yang dia yakini tidak haram padahal sebenarnya haram, (maka nasabnya tetap diikutkan kepadanya).23

Semoga orang yang keliru menyadari kekeliruannya dan kembali taubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sesungguhnya Dia Maha luas ampunannya dan Maha berat siksanya. (Abu Sulaiman).


Endnote :
(1)Minhajul Muslim.
(2)Taisiril Fiqhi Lijami'il Ikhtiyarat Al Fiqhiyyah Li Syaikhil Islam Ibnu Taimiyyah, Ahmad Muwafii 2/584, Fatawa Islamiyyah 3/247, Al Fatawa Al Jami'ah Lil Mar'ah Al Muslimah 2/5584.
(3)An Nur : 3.
(4)Fatawa Islamiyyah 3/246.
(5)Ibid.
(6)Ibid 33/245.
(7)Asy Syruraa : 21.
(8)Syiakh Al Utsaimin di dalam Fatawa Islamiyyah 3/246.
(9)Ibid 3/247.
(10)Taisiril Fiqhi Lijami'il Ikhtiyarat Al Fiqhiyyah Li Syaikhil Islam Ibnu Taimiyyah, Ahmad Muwafii 2/583, Majmu Al Fatawa 32/110.
(11)Lihat Mukhtashar Ma'alimis Sunan 3/74, Kitab Nikah, Bab : Menggauli Tawanan (yang dijadikan budak), Al Mundziriy berkata : Di Dalam isnadnya ada Syuraik Al Qadliy, dan Al Arnauth menukil dari Al Hafidz Ibnu Hajar dalam At Talkhish : Bahwa isnadnya hasan, dan dishahihkan oleh Al Hakim sesuai syarat Muslim. Dan hadits ini banyak jalurnya sehingga dengan semua jalan-jalannya menjadi kuat dan shahih.( Lihat Taisir Fiqhi catatan kakinya 2/851.)
(12)Abu Dawud, lihat, Artinya: 'alimus Sunan 3/75-76.
(13)Fatawa Wa Rasail Asy Syaikh Muhammad Ibnu Ibrahim 10/128.
(14)Majallah Al Buhuts Al Islamiyyah 9/72.
(15)Al Mabsuth 17/154, Asy Syarhul Kabir 3/412, Al Kharsyi 6/101, Al Qawanin hal : 338, dan Ar Raudlah 6/44. dikutip dari Taisiril Fiqh 2/828.
(16)Al-Bukhari dan Muslim.
(17)Taud-lihul Ahkam 5/103.
(18)Al Bukhari dan Muslim.
(19)Al Mabsuth 17/154.
(20)At Tamhid 6/183 dari At Taisir.
(21)Hadits hasan Riwayat Asy Syafi'iy, Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
(22)Al-Mughniy 6/455.
(23)Dinukil dari nukilan Al Bassam dalam Taudlihul Ahkam 5/104.

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=153


Syubhat dan Bantahannya

Oleh: Abdullah Saleh Hadrami

Sebagian Ustadz menfatwakan bolehnya menikahi wanita hamil asalkan lelaki tersebut adalah yang menghamilinya dan mereka menisbahkan fatwa ini kepada Salafush Shaleh sebagaimana dibawah ini:

http://www.almanhaj.or.id/content/2253/slash/0

Setelah saya meruju? kepada kitab-kitab yang telah disebutkan, yaitu kitab-kitab aslinya yang berbahasa Arab, ternyata saya mendapatkan bahwa tidak satupun dari pendapat-pendapat yang dibawakan oleh penulis terdapat kata-kata hamil, sama sekali tidak ada kata-kata hamil. Yang ada adalah, seorang laki-laki berzina dengan perempuan, lalu keduanya bertaubat dan melangsungkan pernikahan. Kalau ini, maka tidak ada khilaf tentang bolehnya. Jadi, pendapat tersebut adalah murni pendapat penulis sendiri dan tidak benar kalau dinisbahkan kepada Salafush Shaleh ?Rahimahumullah.

Alhamdulillah, saya sempat bertemu dengan penulis ketika Daurah di Wisma Erni Lawang dan sempat membicarakan masalah ini dengan beliau, saat itu beliau (penulis) mengatakan akan melihat lagi.

Fatwa yang membolehkan menikahi wanita hamil asalkan yang menikahi adalah lelaki yang telah menghamilinya dan menisbahkan anak yang lahir dari kehamilan tersebut kepada si lelaki yang menghamili adalah FATWA BATIL DAN BERBAHAYA.

BATIL, karena menyalahi Al-Qur?an, As-Sunnah dan Salafush Shaleh.
BERBAHAYA, karena berdampak semakin maraknya perzinaan dan anak-anak yang lahir dari hasil perzinaan disebabkan mereka merasa tenang dan aman karena telah mendapat kemudahan dan dukungan dari fatwa-fatwa tersebut.

Semoga Allah selamatkan diri kita dan keluarga kita serta kaum muslimin semuanya dari segala hal yang mendatangkan murka Allah Ta?aala, amien.

Wallaahul Musta?aan.

www.hatibening.com

Wanita yg disiksa. Wanita yang memotong-motong badannya sendiri dengan gunting dari neraka.

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
Bismillaahirrohmaanirrohii
m .........

Golongan wanita yg disiksa dalam neraka

Abdullah Bin Masud r.a. meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda: “Apabila seorang wanita mencucikan pakaian suaminya, maka Allah s.w.t. mencatat baginya seribu kebaikan, dan mengampuni dua ribu kesalahannya, bahkan segala sesuatu yang disinari sang surya akan memintakan ampunan baginya, dan Allah s.w.t. mengangkat seribu derajat untuknya.” (H.R. Abu mansur didalam kitab masnadil firdaus)

Ali r.a. meriwayatkan sebagai berikut: Saya bersama-sama Fathimah berkunjung kerumah Rasulullah, maka kami temui beliau sedang menangis. Kami bertanya kepada beliau: “Apakah yang menyebabkan engkau menangis wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Pada malam aku di Isra’kan ke langit, saya melihat orang-orang yang sedang mengalami penyiksaan, maka apabila aku teringat keadaan mereka, aku menangis.” Saya bertanya lagi, “Wahai Rasulullah apakah engkau lihat?” Beliau bersabda:

1. Wanita yang digantung dengan rambutnya dan otak kepalanya mendidih.

2. Wanita yang digantung dengan lidahnya serta tangan dicopot dari punggungnya, aspal mendidih dari neraka dituang ke kerongkongnya.

3. Wanita yang digantung dengan buah dadanya dari balik punggungnya, sedang air getah kayu Zakum dituangkan ke kerongkongnya.

4. Wanita yang digantung, diikat kedua kaki dan tangannya kearah ubun-ubun kepalanya, serta dibelit dan dibawah kekuasaan ular dan kala jengking.

5. Wanita yang memakan badannya sendiri, serta dibawahnya tampak api yang berkobar-kobar dengan hebatnya.

6. Wanita yang memotong-motong badannya sendiri dengan gunting dari neraka.

7. Wanita yang bermuka hitam serta dia makan usus-ususnya sendiri.

8. Wanita yang tuli, buta dan bisu didalam peti neraka, sedang
darahnya mengalir dari lubang-lubang badannya (hidung, telinga, mulut) dan badannya membusuk akibat penyakit kulit dan lepra.

9. Wanita yang berkepala seperti kepala babi dan berbadan himmar (keledai) yang mendapat berjuta macam seksaan.

10. Wanita yang berbentuk anjing, sedangkan beberapa ular dan kala jengking masuk melalui duburnya atau mulutnya dan keluar melalui duburnya, sedangkan malaikat sama-sama memukuli kepalanya dengan palu dari neraka.

Maka berdirilah Fatimah seraya berkata, “Wahai ayahku, biji mata kesayanganku, ceritakanlah kepadaku, apakah amal perbuatan wanita-wanita itu.” Rasulullah s.a.w. bersabda: “Hai Fatimah, adapun tentang;

1. Wanita yang digantung dengan rambutnya kerana tidak menjaga rambutnya (dijilbab) dikalangan laki-laki.

2. Wanita yang digantung dengan lidahnya, karena dia menyakiti hati suaminya, dengan kata-katanya. “Kemudian Nabi s.w.a. bersabda: “Tidak seorang wanita pun yang menyakiti hati suaminya melalui kata-kata, kecuali Allah s.w.t. akan membuat mulutnya kelak dihari kiamat selebar tujuh puluh dzira kemudian akan mengikatkannya dibelakang lehernya”.

3. Adapun wanita yang digantung dengan buah dadanya, karena dia menyusui anak orang lain tanpa seizin suaminya.

4. Adapun wanita yang diikat dengan kaki dan tanganya itu, karena dia keluar rumah tanpa seizin suaminya, tidak mandi wajib dari haid dan dari nifas (keluar darah setelah melahirkan).

5. Adapun wanita yang memakan badannya sendiri, karena dia bersolek untuk dilihat laki-laki lain serta suka membicarakan aib orang lain.

6. Adapun wanita yang memotong-motong badannya sendiri dengan gunting dari neraka, dia suka menonjolkan diri (ingin terkenal) dikalangan orang banyak, dengan maksud supaya mereka (orang banyak) itu melihat perhiasannya, dan setiap orang yang melihatnya jatuh cinta padanya, karena melihat perhiasannya.

7. Adapun wanita yang diikat kedua kaki dan tangannya sampai keubun-ubunnya dan dibelit oleh ular dan kalajengking, karena dia mampu untuk mengerjakan sholat dan puasa, sedangkan dia tidak mau berwudhu dan tidak sholat dan tidak mau mandi wajib.

8. Adapun wanita yang kepalanya seperti kepala babi dan badannya seperti keledai (himmar), karena dia suka mengadu-domba serta berdusta
.
9. Adapun wanita yang berbentuk seperti anjing, karena dia ahli fitnah serta suka marah-marah pada suaminya.

Dalam sebuah hadis Nabi s.a.w. bersabda: empat jenis wanita yang berada di syurga dan empat jenis wanita yang berada di neraka dan beliau menyebutnya di antara empat jenis perempuan yang berada di syurga ialah:

1. Perempuan yang menjaga diri dari berbuat haram lagi berbakti kepada Allah dan suaminya.

2. Perempuan yang banyak keturunannya lagi penyabar serta menerima dengan senang hati dengan keadaan yang serba kekurangan (dalam kehidupan) bersama suaminya.

3. Perempuan yang bersifat pemalu, dan jika suaminya pergi maka ia menjaga dirinya dan harta suaminya, dan jika suaminya datang ia mengekang mulutnya dari perkataan yang tidak layak kepadanya.

4. Perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya dan ia mempunyai anak-anak yang masih kecil, lalu ia mengekang dirinya hanya untuk mengurusi anak-anaknya dan mendidik mereka serta memperlakukannya dengan baik kepada mereka dan tidak bersedia kawin karena khawatir anak-anaknya akan tersia-sia (terlantar / terbiar)”

Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: Dan adapun empat jenis wanita yang berada di neraka ialah:

1. Perempuan yang jelek (jahat) mulutnya terhadap suaminya, jika suaminya pergi, maka ia tidak menjaga dirinya dan jika suaminnya datang ia memakinya (memarahinya).

2. Perempuan yang memaksa suaminya untuk memberi apa yang ia tidak mampu.

3. Perempuan yang tidak menutupi dirinya dari kaum lelaki dan keluar dari rumahnya dengan menampakkan perhiasannya dan memperlihatkan kecantikannya (untuk menarik perhatian kaum lelaki).

4. Perempuan yang tidak mempunyai tujuan hidup kecuali makan, minum dan tidur dan ia tidak senang berbakti kepada Allah, RasulNya dan suaminya. Oleh karena itu seorang perempuan yang bersifat dengan sifat-sifat (empat) ini, maka ia dilaknat termasuk ahli neraka kecuali jika ia bertaubat”

Diceritakan dari isteri Khumaid As-sa-idiy bahawa ia datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: “Hai Rasulullah sesungguhnya aku senang mengerjakan sholat bersamamu”. Beliau berkata: “Aku mengerti bahwa engkau senang mengerjakan sholat bersamaku, akan tetapi sholatmu di tempat tidurmu itu lebih baik dari pada sholatmu dikamarmu dan sholatmu dikamarmu lebih baik dari sholatmu dirumahmu dan sholatmu dirumahmu lebih baik daripada sholatmu di mesjidku”.

(Bagi lelaki sangat dituntut sembahyang berjamaah di mesjid) Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Sesungguhnya yang lebih disukai sholatnya perempuan oleh Allah ialah yang dilakukan pada tempat yang amat gelap dirumahnya”. Diceritakan dari Aisyah r.a.: “Pada suatu ketika Rasulullah s.a.w. duduk di masjid, tiba-tiba masuklah seorang perempuan dari suku Muzainah yang memakai pakaian yang terseret-seret ditanah untuk perhiasan pada dirinya di dalam masjid”. Maka Nabi s.a.w. bersabda: “Wahai manusia laranglah isteri-isterimu dari memakai perhiasan dan memperindah gaya berjalan di dalam masjid.

Karena sesungguhnya kaum Bani Israil itu tidak dilaknat hingga mereka memberi pakaian isteri-isteri mereka dengan pakaian perhiasan dan mereka berjalan dengan gaya sombong di dalam masjid”. Ibnu Abas r.a. meriwayatkan juga bahwa Nabi s.a.w. bersabda: “Apabila seorang wanita keluar rumahnya dengan mempesolek dirinya serta memakai bau-bauan (sedang suaminya ridha akan berbuatan yang demikian itu), maka dibangunkan untuk suaminya pada setiap langkahnya sebuah rumah di neraka.” Sabda Rasulullah s.a.w. lagi yang bermaksud:

“Jihad seorang wanita ialah taatkan suami dan menghiaskan diri untuknya” Isteri tidak wajib taat suruhan dan arahan suami, apabila suruhan dan arahan itu bertentangan dengan hukum Allah s.w.t. Imam Al-Ghazali menegaskan:

“Seorang isteri wajib mentaati suami sepenuhnya dan memenuhi segala tuntutan suami dari dirinya sekiranya tuntutan itu tidak mengandungi maksiat.”


http://meynida.wordpress.com/kisah-teladan/golongan-wanita-yg-disiksa-dalam-neraka/
Wallahu A’lam bishawab

Tunggu Aku Bidadari

Oleh : Zulkarnaini Masry*

Mataku perlahan bergerak, dan akhirnya terbuka lebar.

“Ah…! Ternyata sudah pagi.”

Badanku terasa sangat berat, setelah semalaman bergadang menyelesaikan tugas kantor.dfg

“Ana! Kamu belum tidur?”

“dari semalam kamu temanin aku kerja.”

Kulihat ada bidadari di mata perempuan yang selalu menjadi motivasi. Ia tersenyum. Masih seperti 6 tahun lalu. Wajah begitu teduh, mata bening pancaran ketulusan cinta. Cinta yang tak pernah luntur.

“cinta kita akan tetap abadi Bang, walaupun kita berpisah,” otakku memutar kembali apa yang permah di ucapkan olehnya.

“orang-orang shaleh akan selalu disatukan,” suara itu kembali kudengar.

“Abang harus sabar, didunia bersama, di akhirat juga.”

Pelan, jari-jariku mendarat diwajah cerahnya, ia diam, selalu begitu. Ia terlalu pasrah saat jari-jariku bermain manja di wajahnya yang datar. Ku usap pipinya, telunjuk mengkatup bibir merah tanpa lipstick itu. Tatapannya selalu tajam. Namun, dibalik ketajaman terpancar cinta yang tulus.

“tak pernah pudar, cinta sejati hanya sekali,” begitu bisiknya suatu malam.

Membuat aku tersanjung sekaligus kecut. Aku tersanjung karena memiliki pendamping dengan budi luhur. Dilain sisi aku kecut karena penyesalan, merasa tidak mampu memberikan seperti apa yang ia berikan kepadaku.

“ Abang sudah berusaha, tapi rezeki diatur oleh yang di atas. Ana bahagia hidup bersama Abang, Ana bahagia memiliki suami seperti Abang.”

“maafkan, Abang tidak mampu memberikan yang terbaik untuk kamu dan anak kita,” kepala ku menunduk ke dinding. Saat itu umur anak kami baru 1,5 tahun.

“hari ini senin Bang, sebelum shalat subuh, Ana sudah berniat puasa sunat.” Suaranya masih membekas.

“iya, Abang tahu. Tapi kamu harus menjaga kesehatan demi anak kita. Kamu kan masih menyusui.” Jawabku dengan kepala masih menghadap dinding.

Seaat aku merasa hangat, tubuhnya memeluk aku dari belakang, kepalanya disandarkan ke pundakku, terasa dingin.

“kamu menangis?”

Ku peluk erat, telunjukku mengusap matanya yang basah. Kami menatap dalam diam. Ia begitu sempurna, mungkin jelmaan bidadari yang diutus oleh tuhan untuk orang-orang pilihan.

Aku semakin jauh kembali.

Sangat berat, kami mengambil keputusan untuk hidup bersama di usia yang relatif muda, sama-sama masih mahasiswa. Awal-awal menikah kami begitu bahagia, hidup dalam kesederhaan. Kebutuhan kami berdua, mulai rumah tangga sampai urusan kampus masih bisa terpenuhi dari honor aku sebagai guru di Popes dan hasil tulisan-tulisan yang kukirim ke berbagai media.

“Alhamdulillah, Allah memberi kita amanah,” bisik Ana ketika aku wisuda.

Allah maha pengasih, dua kebahagian besar diberikan kepadaku. Hari ini aku sarjana, besok aku akan menjadi seorang ayah.

“terima kasih ya Allah.” Dahiku langsung menyentuh tanah tanda syukur.

Namun Allah punya rencana lain. Tepat usia kandungan Ana lima bulan, malamnya aku terburu-buru keluar membeli obat. Tiba-tiba kandungannya merasa sakit yang amat sangat. Aku sangat khawatir, bergegas berlari mencari apotik terdekat, jam menunjukkan pukul 1.15 malam. Di jalan aku dicegat orang-orang bersenjata. Aku diinterogasi, karena terburu-buru, aku lupa membawa dompet. KTP sebagai “nyawa kedua” tertinggal.

Mereka semakin curiga melihat aku gugup dan cemas. Aku mencemaskan Ana di rumah. Tapi itu bukan alasan untuk mereka. Popor senjata merobohkan aku, tak kuat aku menahan pukulan. Pikiranku melayang ke rumah, membayangkan Ana meringis menahan sakit.

Aku bangkit, menahan sakit di betis. Aku memohon pada pria “raksasa karena senjata”, tubuhku menunduk iba. Tapi tidak membuat mereka luruh. Sekejap sepatu tinggi menghantam mukaku, aku tersungkur. Bukan wajah yang sakit, hatiku semakin cemas membayangkan Ana.

Segenap tenaga, secepat mungkin aku berlari, tapi usahaku sia-sia. Timah kuning mendahului langkahku, menembus paha kiri, dan aku pasrah terkulai. Gelap, aku pingsan

***

Pelan, mataku terbuka.

“Alhadulillah, Abang sudah sadar.” Katanya menyambut aku kembali.

Wajah layu tersenyum layaknya terpaksa.

“hatinya pasti menangis.” Aku membatin.

Karena musibah itulah, semua tabungan kami habis untuk biaya pengobatan. Janji pemerintah membiayai hanya ada di media. Analah yang pontang-panting bekerja. Ia kembali aktif mengajar di kampus.

Sedangkan aku, hanya bisa menghabiskan waktu di kursi roda sambil membaca. Kadang-kadang masih menulis, walau tidak untuk ku publis ke media. Saat Ana melahirkan, aku selalu selalu ada disampingnya. Memberi makan dengan tanganku sediri. Kadang menulis puisi dan membacanya, bercerita tentang perjuangan Siti hajar saat membesarkan Ismail.

“dia adalah Siti Hajar-ku. Tidak pernah mengeluh, selalu tegar.”

Kami dikarunia seorang putra. Dialah Ismail-ku

“kelak kamu akan menjadi anak yang shaleh, seperti Ismail.”

***

Cobaan kembali datang. Musibah gempa dan stunami 26 Desember 2004 adalah hari terakhir aku melihatnya. Ia pergi bersama gelombang besar, tanpa mampu aku tolong. Rumah kami lenyap disapu air. Aku dan anak kami yang masih belia selamat, tersangkut di pohon kelapa. Sedangkan Ana terlepas dari genggamanku, karena tak sanggup menahan arus, sekejap ia hilang bersama pelukan gelombang pekat. Tak mampu aku melawan kuasa tuhan. Bidadari yang selama ini menjadi tenaga bagiku pergi untuk selamanya.

“Ana, lihatlah! Anak kita sudah besar. Ia sudah sekolah, ia sudah bisa mengaji. Tiap usai shalat kami selalu berdoa untukmu”

“Ana, masih ingat! Apa yang pernah kamu katakan dulu. Cinta sejati hanya sekali. Orang-orang shaleh akan selalu disatukan, walau di dunia berpisah, tapi di akhirat mereka akan bersama.”

“Ana, tunggu abang di sana!”

Air bening menetes membasahi gambar yang selama ini selalu menyambutku bangun pagi.

Banda Aceh, 20 Maret 2009

Pukul 03.55 Wib

"CINTA SEJATI HANYA DATANG SEKALI"

Aku Tinggalkan Anak-anakku Demi Islam

Aku Tinggalkan Anak-anakku Demi Islam
Saturday, 25 July 2009 12:43

Meski pedih, ia hancurkan rasa cinta kepada dua putranya tersayang, karena Kavita lebih memilih cintanya kepada Islam

Hidayatullah.com--Namaku dulu adalah Kavita, dan nama panggilanku Poonam. Setelah memeluk Islam, aku bernama Nur Fatima. Usiaku 30-an tahun. Tapi aku merasa baru berumur lima tahun, karena pengetahuanku tentang Islam tidak melebihi pengetahuan anak usia 5 tahun.

Aku dulu bersekolah di Mumbai, di sebuah sekolah yang cukup besar khusus untuk anak-anak dari keluarga bangsawan. Kemudian aku melanjutkan pendidikan ke Universitas Cambridge. Setelah menyelesaikan program master, aku mengambil banyak kursus komputer.

Aku menyesal, banyak gelar duniawi yang sudah diraih, tapi aku belum melakukan apapun untuk kehidupan akhirat. Sekarang aku ingin melakukan sesuatu untuk akhiratku.

Lingkungan tempat aku dibesarkan, adalah lingkungan Hindu ekstrimis yang sangat membenci Islam. Keluargaku bagian dari dari organisasi Hindu garis keras, Shiv Sena.

Aku menikah di Mumbai, dan memiliki dua orang putra. Bersama suami dan anak-anak, kami kemudian pindah ke Bahrain.

Aku memeluk Islam setelah menikah, tapi aku sudah tidak meyukai menyembah dewa-dewa pujaanku sejak aku beranjak dewasa. Aku ingat, suatu hari aku membuang sesembahanku ke kamar mandi. Ketika ibu menegur aku, kukatakan padanya bahwa benda-benda itu tidak bisa melindungi diri mereka sendiri. Jadi mengapa kita meminta berkah dari mereka, menyembah mereka. Apa yang bisa mereka berikan kepada kita?

Ada sebuah ritual di keluarga kami, jika seorang gadis sudah menikah, maka ia membasuh kaki suaminya, lalu meminum air basuhannya. Tapi aku menolak melakukan hal itu sejak hari pertama menikah. Karena itu aku dimarahi habis-habisan.

Ketika masih sendiri aku pernah mengikuti sekolah pendidikan guru, dan aku suka mengendarai mobil sendirian. Aku kadang mengunjungi sebuah Islamic Center terdekat. Di sana, aku mendengarkan pembicaraan orang, dan akhirnya mengetahui bahwa orang Islam tidak menyembah dewa.

Mereka tidak mencari karunia dari seseorang yang lain. Mereka tidak punya Baghawan. Aku suka cara pandang mereka. Pada akhirnya aku mengetahui, yang mereka sembah ternyata adalah Allah, Yang Mengurus segala sesuatu.

Aku terkesan sekali dengan shalat. Awalnya aku tidak tahu itu adalah cara orang Islam berdoa. Yang aku tahu orang Islam sering melakukannya. Dulu kusangka itu semacam olahraga. Aku baru mengetahui gerakan itu dinamakan shalat ketika mulai mengunjungi Islamic Center.

Aku sering bermimpi setiap kali tidur. Aku melihat ada sebuah ruangan persegi empat. Mimpi itu selalu mengganggu tidurku dan membuat aku terbangun dalam keadaan berkeringat. Ruangan yang sama selalu muncul dalam mimpi ketika aku tidur kembali.

Setelah menikah aku pindah ke Bahrain, tempat yang membantu aku memahami Islam dengan lebih baik. Karena itu adalah sebuah negara Muslim, maka aku dikelilingi oleh tetangga Muslim. Aku berteman dengan seorang Muslimah. Ia jarang mengunjungiku, tapi aku sering mengunjunginya.

Suatu hari ia melarang aku mengunjungi rumahnya, karena waktu itu bulan Ramadhan, bulan untuk beribadah. "Ibadahku terganggu karena kamu berkunjung ke rumah," begitu katanya.

Aku sangat ingin tahu tentang ibadah ritual yang dilakukan orang Islam. Oleh karena itu aku memintanya untuk tidak melarangku berkunjung ke rumahnya. Aku berkata, "Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Aku hanya akan melihat apa yang kamu lakukan. Aku tidak akan berkata apapun, dan hanya akan mendengar apa yang kamu baca." Maka ia pun tidak melarangku berkunjung ke rumahnya.

Ketika aku melihatnya sedang beribadah, aku tertarik untuk menirukannya. Kemudian aku bertanya padanya tentang "gerak badan" itu. Ia memberitahu, itu namanya shalat. Dan buku yang selalu ia baca, adalah kitab suci Al-Quran.

Aku berharap bisa melakukan semua yang ia lakukan. Aku pulang ke rumah dan mengunci diri dalam kamar. Aku meniru semua apa yang dilakukan temanku secara diam-diam, meskipun aku tidak tahu banyak mengenai hal itu.

Suatu hari aku lupa mengunci kamar dan melakukan shalat, ketika itu suamiku masuk. Ia bertanya, apa yang aku lakukan. Aku bilang, "Aku melakukan shalat." Ia pun berkata, "Apakah kamu masih waras? Kamu tahu apa yang kamu katakan?"

Awalnya aku ragu. Mataku terpejam dan ketakutan. Tapi tiba-tiba, aku merasa ada sebuah kekuatan besar dalam diriku, yang membuat aku berani untuk menghadapi situasi saat itu. Aku berkata bahwa aku sudah memeluk agama Islam, dan karena itu aku melakukan shalat.

Suamiku berseru, "Apa?! Apa kamu bilang? Coba kamu katakan sekali lagi?" Aku mengulangi ucapanku, sambil memberi tekanan, "Ya! Aku masuk Islam." Mendengar hal itu ia langsung memukuli aku.

Kakakku mendengar suara ribut-ribut dan mendatangi kami. Ia berusaha menyelamatkan aku. Tapi, ketika suamiku menceritakan semuanya, ia pun maju dan ikut memukuli aku.

Aku berusaha menghentikannya dengan berkata, "Kamu tidak perlu ikut campur. Aku tahu apa yang baik dan apa yang buruk buatku. Aku telah memilih jalanku."

Mendengar perkataanku itu, suamiku semakin naik pitam. Ia menyiksaku sedemikian rupa hingga aku tidak sadarkan diri.

Ketika itu semua terjadi, kedua putraku berada di rumah. Saat itu putra pertamaku berusia 9 tahun dan adiknya 8 tahun.

Tapi setelah peristiwa itu, aku tidak diperbolehkan bertemu siapapun. Aku dikurung dalam sebuah ruangan. Meskipun sebenarnya belum benar-benar memeluk Islam, tapi aku selalu mengatakan bahwa aku telah masuk Islam.

Suatu malam, ketika aku masih dikurung, putra sulungku datang dan menangis dalam pelukanku. Aku bertanya, kemana anggota keluarga yang lain. Ia bilang mereka semua pergi mengunjungi sebuah acara. Tak ada seorang pun di rumah. (Malam itu ada sebuah festival keagamaan).

Putraku minta agar aku kabur dari rumah, karena keluargaku akan membunuhku. Aku katakan padanya, bahwa hal seperti itu tidak akan terjadi. Mereka tidak akan menyakiti aku. Dan kukatakan pada putraku, agar ia menjaga dirinya sendiri dan juga adiknya.

Tapi ia terus memaksa dan memohon agar aku meninggalkan rumah. Aku berusaha membuatnya mengerti, jika aku pergi maka aku tidak bisa bertemu dirinya dan adiknya. Namun ia menjawab, aku akan bisa menemui mereka jika aku masih hidup. "Pergilah mama, mereka akan membunuhmu," katanya.

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi. Aku tak bisa melupakan peristiwa itu, ketika putra pertamaku membangunkan adiknya dan berkata, "Bangunlah. Mama akan pergi meninggalkan rumah. Temuilah ia sekarang, karena kita tidak tahu apakah kita akan berjumpa lagi dengannya atau tidak."

Itu pertama kali si bungsu melihatku setelah kami tak jumpa sekian lama. Ia mengusap-usap matanya ketika melihatku. Ketika aku mendekatinya, ia pun memelukku dan menangis tersedu-sedu. Anak-anak mungkin sudah mengetahui semuanya. Ia hanya berkata, "Mama akan pergi?" Aku hanya mengangguk, dan meyakinkannya jika kami akan bertemu lagi.

Aku merasa meremukkan cinta seorang ibu dengan kakiku. Di satu tangan aku menggenggam cinta anak-anakku, dan di tangan lain aku menggenggam cintaku pada Islam yang akan menggantikannya. Aku merintih dan memeluk erat anak-anakku. Aku berusaha menghancurkan cintaku pada mereka.

Luka-lukaku masih segar, aku tidak bisa berjalan. Namun aku berusaha untuk melakukannya.

Kedua putraku menyaksikan kepergianku malam itu, di malam yang gelap dan dingin. Mereka melambaikan tangan sambil menangis di pintu gerbang.

Aku tidak bisa melupakan saat-saat itu. Setiap kali aku mengingatnya, aku teringat orang-orang yang telah meninggalkan rumah dan keluarga mereka demi untuk Islam.

Setelah meninggalkan rumah, aku langsung menuju ke kantor polisi. Masalahku saat itu, mereka tidak mengerti bahasaku. Untungnya, seorang di antara mereka bisa berbahasa Inggris.

Saat itu aku sulit bernapas dan tidak bisa bicara karena gemetaran. Aku memintanya agar mengizinkanku beristirahat sampai aku bisa memulihkan keadaanku.

Tak lama kemudian aku pun pulih. Aku katakan padanya kalau aku meninggalkan rumah dan ingin memeluk Islam. Aku ragu-ragu untuk menceritakan semua kejadian yang sebenarnya. Namun polisi itu berusaha menenangkanku dan berkata bahwa ia seorang Muslim, ia akan membantuku semaksimal mungkin. Kemudian aku diajak pulang ke rumahnya dan diberi tempat menginap di sana.

Pagi harinya, suamiku mendatangi kantor polisi meminta bantuan. Ia mengatakan bahwa istrinya telah diculik. Tapi kemudian dikatakan kepadanya bahwa istrinya tidak diculik. Istrinya datang sendiri ke kantor polisi. Karena ia ingin memeluk Islam, maka suaminya tidak lagi memiliki hubungan dengannya karena berbeda agama. Jadi istrinya tidak boleh pergi dengannya.

Suamiku memaksa, dan mulai mengancam. Tapi aku sendiri menolak untuk pergi bersamanya. Aku mengatakan bahwa ia boleh mengambil semua perhiasanku, tabungan, dan rumah milikku. Tapi aku tidak akan pergi dengannya.

Awalnya ia tidak menyerah. Namun, karena melihat kegigihanku menolaknya, ia pun minta dibuatkan pernyataan tertulis bahwa ia mendapatkan semua harta bendaku.

Polisi yang menolongku berkata bahwa sekarang keluargaku tidak bisa menyakitiku lagi, dan aku bisa memeluk Islam. Aku berterima kasih padanya, lalu pergi ke rumah sakit, karena seluruh badanku penuh dengan luka.

Aku tinggal beberapa hari di rumah sakit. Suatu hari seorang dokter bertanya, "Dari mana asalmu? Tidak ada seorang anggota keluarga pun yang datang menjengukmu ke rumah sakit." Aku diam, tidak menjawab. Sebab aku meninggalkan rumah karena mencari satu hal. Dan sekarang aku tidak memiliki rumah atau keluarga. Yang aku miliki hanya Islam.

Polisi Muslim yang menolongku, ia memanggilku sebagai seorang saudara perempuan. Dan ketika aku berada di rumahnya, ia memperlakukanku seperti saudara kandungnya. Ia telah memberiku tempat berteduh di malam yang dingin, ketika aku kehilangan seluruh keluargaku. Aku tidak akan pernah melupakan jasanya.

Dan ketika aku berada di rumah sakit, aku bingung. Apa selanjutnya yang harus aku lakukan? Kemana aku harus mencari tempat berlindung yang aman.

Setelah keluar dari rumah sakit, aku langsung pergi ke Islamic Center. Saat itu tidak ada seorang pun, hanya ada seorang bapak tua yang sepertinya tinggal di sana. Aku menemuinya, dan kukatakan maksud kedatanganku. Sejenak ia merasa ragu, lalu berkata, "Nak, sari ini bukanlah pakaian seorang Muslimah. Pergi dan pakailah kerudung, tutupilah dirimu sebagaimana orang Muslim."

Aku mempunyai sisa uang yang kubawa ketika meninggalkan kantor polisi. Kubeli seperangkat pakaian dengan uang itu, lalu kembali ke Islamic Center.

Pak tua itu mengajariku cara berwudhu. Setelah aku berwudhu, ia membawaku ke sebuah ruangan. Ketika memasuki ruangan itu, aku melihat sebuah gambar tergantung di dinding. Aku terdiam, karena aku melihat ruangan seperti yang ada dalam mimpiku. Seketika aku berseru, "Ini yang sering aku lihat dalam mimpiku. Yang selalu mengganggu tidurku."

Pak tua tersenyum, ia berkata bahwa itu adalah rumah Allah. Muslim dari seluruh penjuru dunia datang ke rumah itu untuk melakukan haji dan umrah. Namanya Baitullah. Aku terkejut mengetahuinya. Aku pun bertanya, "Apakah Allah tinggal di sebuah rumah?" Ia menjawab, pertanyaan-pertanyaanku dengan senyum dan penuh perhatian. Sepertinya ia tahu banyak tentang Islam.

Aku tidak mengalami kesulitan berbicara dengannya. Ia menjelaskan setiap hal dalam bahasa ibuku. Aku merasakan kebahagiaan yang aneh saat itu.

Ia membimbingku mengucapkan syahadat. Kemudian menjelaskan tentang Muslim dan Islam. Setelah itu aku merasa tidak takut dan juga tidak ada beban dalam pikiranku. Aku merasa diriku sangat cerah. Rasanya seperti berenang di tempat kotor, lalu pindah ke dalam air yang jernih.

Pengelola Islamic Center itu mengangkatku sebagai anak, dan membawaku pulang ke rumahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikahkah aku dengan seorang Muslim. Keinginan pertamaku saat itu adalah melihat rumah Allah. Lalu aku pun pergi melakukan umrah.

Setelah aku memeluk Islam, aku tidak pernah kembali ke India, dan aku pun tidak ingin pergi ke sana. Keluargaku mempunyai hubungan dengan organisasi-organisasi politik dan Hindu di sana. Mereka bahkan telah menawarkan sejumlah uang untuk kepalaku.

Dulu aku diberitahu bahwa mujahidin adalah orang-orang yang suka menindas. Dan mereka sering melakukan penindasan melewati batas. Kami dibuat agar membenci mujahidin. Tapi sekarang aku telah mendapatkan kebenaran, dan aku mencintai mereka. Kuucapkan doa untuk mujahidin dalam setiap shalatku.

Aku juga berdoa kepada Allah, jika Ia mengaruniaiku dengan anak-anak laki-laki, aku akan sangat bahagia jika melihat mereka ada dalam barisan para mujahid. Aku akan mempersembahkan mereka untuk kejayaan Islam. Insya Allah.[di/iw/www.hidayatul
lah.com]

Wanita dengan ketulusan hatI

Banyak penguasa gagah, memiliki peran besar, dan nampak berwibawa dihadapan rakyatnya. Rakyat menggantungkan harapannya kepada sang penguasa. Tetapi, kegagahan, peran yang besar, dan wibawanya, justru menjadi malapetaka.

Kehidupan menjadi carut-marut. Rakyat menjadi pupus harapannya. Kehidupan dipenuhi dengan kezaliman, fitnah, serta musibah yang tak pernah henti. Semua keadaan yang ada itu, ada faktor yang menyebabkan, siapa, tak lain sang ‘isteri’.

Pragmen yang pendek diatas terjadi di masa lalu, dan juga di masa kini. Banyak penguasa yang berkuasa, tetapi hakekatnya, dia tidak memiliki kekuasaan apa-apa. Peran dan wibawanya yang demikian besar, dan yang nampak di mata rakyatnya, tetapi sejatinya dia tidak memiliki peran dan wibawa di depan sang’isteri’.

Karena, dia hanyalah menjadi pelayan sang ‘isteri’. Justru kekuasaan, kewenangan, keputusan, dan perintah, semuanya bukan datang dari dirinya, tetapi berada ditangan sang ‘isteri’. Penguasa yang sangat gagah dan berwibawa, serta nampak berkuasa itu, hanya dapat mengatakan ‘siap’ di depan sang ‘isteri’. Dia hanya menjadi seorang ‘abdi’ yang patuh dari sang ‘isteri’. Inilah yang banyak menyebabkan terjadinya malapetaka di masa lalu, dan di masa kini.

Sejarah yang kelam itu, tak lain, karena seorang pemimpin, seorang laki-laki tidak memiliki sifat ‘qawwam’, dan tidak dapat menjadi pemimpin dan tauladan. Sehingga, akhirnya harus menjadi pengikut dan pelaksana dari titah sang ‘isteri’.

Tapi, bayangkan dan bandingkan, ada seorang laki-laki di generasi salaf, yang waktu masih menjadi Gubernur di Madinah, kaya raya, tampan, tegap dan perkasa, serta selalu menarik perhatian. Bukan karena kekayaannya, ketampanannya, dan bentuk tumbuhnya, tetapi laki-laki itu, benar-benar memiliki kepasrahan yang sempurna terhadap Rabbnya.

Maka, ketika mendapatkan kekuasaan, yang sangat besar, justru laki-laki yang kaya raya, dan tampan itu, seketika berubah, badannya menjadi sangat kurus, rambutnya memutih, raut wajahnya memucat. Ke mana semua penampilan yang pernah dimilikinya dahulu itu?

Shahabatnya yang bernama Ibnu Kha’ab, sangat terheran-heran melihat keadaan shahabatnya, yang sekarang menjadi penguasa, dan dengan kekuasaannya sedemikian luas, tapi melihat kondisinya sangat tidak pantas. “Kemana penampilan diri anda yang mempesona dahulu?”, ucap Kha’ab.

Lalu, apa jawaban shahabatnya itu, “Wahai Ibnu Kha’ab. Anda akan lebih heran lagi, bila kelak melihat diriku nanti setelah terkubur dalam tanah. Mataku akan copot dari tempatnya, dan ulat-ulat akan berkeliaran di mulut dan tenggorokanku”, jawabnya.

Ya, wajah yang tampan dan tubuh yang tegap perkasa itu telah berubah, karena terpaan tanggung jawabnya yang sedemikian besar.

Lelaki yang memiliki kekuasaan yang demikian besar dan luas, mulai dari Bagdad sampai ke Maghribi itu, suatu hari, di awal jabatannya sebagai penguasa, dipanggilnya isterinya, lalu dihadapkan pada kenyataan yang harus mereka hadapi.

Lelaki itu dengan lemah lembut, disampaikannyalah bahwa sebagai seorang suami, ia sudah tak ada harganya lagi. Beban yang harus dipikulnya demikian berat, hingga tak ada lagi waktu yang tersisa untuk keperluan-keperluan lainnya. Kemudian, diserahkanlah kepada isteri yang dicintainya itu, hak sepenuhnya untuk memilih jalan hidup dan menentukan hari depannya.

Dan, wanita yang menjadi isterinya itu, namanya akan tetap terukir dengan gemerlapan sepanjang lembaran sejarah. Kita senantiasa akan menyampaikan hormat dan takzim kepadanya, yakni hormat dan takzim yang sepantasnya.

Wanita itu mendapingi suaminya memasuki kehidupan yang amat berat,yakni menyelesaikan tugas dan tanggung jawab. Ia sama sekali tak pernah mengeluh tatkala perutnya terasa sangat lapar, dan tulang-tulangya terasa nyeri, karena lelah bekerja, selain hanya mengatakan :

“Wahai, alangkah bedanya kehidupan kami sebelum dan sesudah menjadi khalifah, bagaikan timur dengan barat”, ucapnya. “Demi Allah, kami belum pernah menikmati kegimbaraan semenjak kami menduduki jabatan ini”, tambahnya. Wanita itu bertekad bulat untuk menerjunkan diri bersama suaminya dalam tanggungjawabnya yang besar itu.

Kini, lenyaplah segalanya dari sisi permaisuri itu. Padahal, sebelumnya ia adalah puteri seorang khalifah dan merupakan saudara khalifah, yang segala kenikamatan hidup tersedia baginya. Sutera dewangga, intan permata, emas dan perak, serta berbagai harta kekayaan lainnya.

Dan, tinggallah kini kain dua lembar baju kasar. Karena khalifah telah menyuruh semua kekayaannya dijual, termasuk kekayaan isterinya, kekyaan anak-anaknya. Semua uang hasil penjualannya diserahkannya kepada Baitul Mal milik kaum muslimin. Kini, ia bersama isteri, dan anak-anaknya hanya makan roti kering yang diolesi minyak atau dicampur dengan sedikit bumbu. Hingga, wanita yang amat cantik, isterinya itu, berubah menjadi wanita yang kuyu, pucat, lunglai dan menjadi lebih tua.

Sekali waktu, laki-laki-suaminya itu, masuk ke dalam kamarnya. Didapatinya isterinya sedang menambal pakaiannya yang usang sambil duduk bersimpuh diatas tikar. Dipegangnya pundak isterinya, dan bergurau : “Isteriku, alangkah nikmatnya malam-malam yang kita lalui di Istana Dabiq dulu, jauh lebih menyenangkan dari malam-malam seperti sekarang ini ..”, ucap suaminya. Maksdunya, tak sejak menjadi seorang khalifah.

Dengan penuh kesungguhan isterinya, menyatakan, “Demi Allah, padahal waktu itu, suamiku, engkau tidak lebih mampu dari waktu sekarang ini ..”, ucap isterinya lirih. Mendengar ucapan isterinya itu, laki-laki itu menjadi muram, air matanya mengalir ..

“Wahai isteriku .. aku takut terhadap siksa Rabbku, jika mendurhakai-Nya, yakni suatu hari yang amat dahsyat … yaitu di hari kiamat”, tegasnya.

Itulah sekelumit kisah laki-laki dan isterinya, yang tak lain, Khalifah Umar bin Abdul Aziz dengan isterinya, Fatimah. Wallahu’alam.

Saat Iblis Bertamu Kepada Rasulullah SAW

Iblis Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah SAW

(dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas)

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”

Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”

Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”

Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”

“Siapa yang memaksamu?”

Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:

“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”


Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”

Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?”

“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”

“lalu siapa lagi?”

“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”

“Lalu siapa lagi?”

“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?”

“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”

“Apa tanda kesabarannya?”

“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”

” Selanjutnya apa?”

“Orang kaya yang bersyukur.”

“Apa tanda kesyukurannya?”

“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”

“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?”

“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?”

“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?”

“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)


Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”

“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”

“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?”

“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”

“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca al-Quran?”

“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

“Jika ia bersedekah?”

“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu?”

“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”

“Suara kuda perang di jalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”

“Taubat orang yang bertaubat.”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”

“Istighfar di waktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”

“Sedekah yang diam – diam.”

“Apa yang dapat menusuk matamu?”

“Shalat fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”

“Shalat berjamaah.”

“Apa yang paling mengganggumu?”

“Majelis para ulama.”

“Bagaimana cara makanmu?”

“Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”

“Di bawah kuku manusia.”


Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”

“Pemakan riba.”

“Siapa sahabatmu?”

“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”

“Pemabuk.”

“Siapa tamumu?”

“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”

“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”

“Bersumpah dengan cerai.”

“Siapa kekasihmu?”

“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”

“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”


Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas

Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”

Iblis segera menimpali:

“Tidak,tidak.. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”

“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”

“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. "

"Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. "

"Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”

Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak-Anaknya

“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.

Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak – anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanta – wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.

Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.

Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”

Syaithan juga berkata, “keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.

“Mereka, anak – anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.

Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.

Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”

Cara Iblis Menggoda

“Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?

Akulah mahluk pertama yang berdusta.

Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.

Tahukah kau Muhammad?

Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar – benar menasihatinya.

Sumpah dusta adalah kegemaranku.

Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.

Kesaksian palsu kegembiraanku.

Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata – kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak – anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat iatu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ’shalatmu tidak sah’

Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.

Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.

jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.

Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalamdirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.

Dan iapun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padaknya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’

Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.

Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.

Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”

10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT

“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”

“10 macam”

“Apa saja?”

“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.”

Allah berfirman,

“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)

“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.

Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.

Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.

Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.

Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.

Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.

Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.

Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.”

Allah berfirman,

“Orang -orang boros adalah saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).

“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.

Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.

Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.

Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”

Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda.

Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!

Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.

Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.

Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”

Rasulullah SAW lalu membaca ayat :

“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 - 119)

juga membaca,

“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata:

“Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”

Sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara kita, agar mereka mengerti dengan benar, apakah tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tsb. Sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan godaan Iblis atau Syaithan.

Mudah-mudahan dengan demikian kita dapat setidak-setidaknya membuat hidup ini lebih nyaman dan membuat tempat serta lingkungan kita lebih aman.

Sumber :
rileks.com / indobestseller.wordpress.c
om dan http://www.apakabardunia.com/post/religi-islam/saat-iblis-bertamu-kepada-rasullah-saw

AIR MATA ORANG-ORANG SHALIH

Dari Sufyan ats-Tsauri -Rahimahullah bahwa ia berkata, "Aku menemui Ja'far ash-Shadiq -Rahimahullah lalu aku katakan kepadanya, 'Wahai putra Rasulullah, berwasiatlah kepadaku!'
Beliau berkata:
"Wahai Sufyan, orang yang banyak dusta tidak punya harga diri,
orang yang banyak dengki tidak memiliki ketentraman,
orang yang suka bosan tidak punya saudara,
dan orang yang buruk akhlaknya tidak punya penolong."
Aku berkata, 'Wahai putra Rasulullah, tambahkan kepadaku.'
Beliau berkata:
"Wahai Sufyan, jauhilah hal-hal yang diharamkan Allah, maka kamu menjadi seorang 'abid (ahli ibadah).
Ridhalah dengan apa yang Allah bagikan kepadamu, maka kamu menjadi seorang muslim (yang sejati).
Pergaulilah manusia dengan apa yang kamu suka bila mereka memperlakukanmu, maka kamu menjadi seorang mukmin (yang sejati),
dan jangan bergaul dengan orang yang suka berbuat dosa sehingga ia mengajarkan perbuatan dosanya ke-padamu.
Seseorang itu tergantung agama kekasihnya. Oleh karena itu hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan, dengan siapakah ia bergaul.
Dan mintalah saran dalam urusanmu kepada orang-orang yang takut kepada Allah."
Aku berkata, 'Wahai putra Rasulullah, tambahkan kepadaku!'
Beliau berkata:
"Wahai Sufyan, barangsiapa yang ingin hidup mulia dengan tanpa sanak kerabat,
dan kewibawaan tanpa kekuasaan,
maka hendaklah ia keluar dari kehinaan kemaksiatan menuju kemuliaan ketaatan."
Aku katakan, 'Wahai putra Rasulullah, tambahkan kepadaku!'
Beliau berkata:
"Ayah mendidikku dengan tiga perkara, beliau berkata kepadaku, 'Wahai putraku, barang-siapa yang berteman dengan teman yang buruk maka ia tidak akan selamat,
barangsiapa yang memasuki gerbang keburukan maka ia akan dituduh (telah melakukan keburukan)
dan barangsiapa yang tidak bisa menahan lisannya maka ia akan menyesal'."

Zainal Abidin bin Ali bin al-Husain -Rahimahullah jika berwudhu dan selesai dari wudhunya, maka ia ketakutan. Ketika dia ditanya mengenai hal itu, maka dia menjawab, "Kasihan kalian, tahukah kalian kepada siapa aku akan berdiri dan kepada siapa aku hendak bermunajat?"

Al-Mughirah berkata, "Aku keluar pada suatu malam setelah manusia sudah tidur pulas. Ketika aku melewati Malik bin Anas RA, ternyata aku berdiri bersamanya untuk melaksa-nakan shalat. Ketika selesai dari membaca al-Fatihah, ia mulai membaca,
'Bermegah-megahan telah melalaikan kamu' (At-Takatsur: 1)

hingga sampai ayat,
'Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenik-matan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu),' (At-Taka-tsur: 8)

Maka ia menangis dalam waktu yang lama. Ia terus membacanya berulang-ulang dan menangis. Apa yang aku dengar dan aku lihat darinya telah melupakanku dari keperluanku yang karena-nya aku keluar. Aku masih tetap berdiri, sedangkan dia terus membacanya berulang-ulang sambil menangis hingga terbit fajar. Ketika ia mengetahui sudah fajar, maka ia rukuk. Kemudian aku pulang ke rumah, lalu berwudhu, lalu berangkat kembali ke masjid. Ternyata ia sedang berada di majelisnya dan orang-orang berada di sekitarnya. Pada pagi harinya, aku memandangnya. Ternyata aku melihat wajahnya telah diliputi cahaya dan ke-indahan."

Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa asy-Syafi'i suatu hari membaca firmanNya,
"Ini adalah hari keputusan; (pada hari ini) Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang yang terdahulu. Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadapKu. Kece-lakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang men-dustakan." (Al-Mursalat: 38-40).

Maka ia terus menangis sampai pingsan; Semoga Allah merahmatinya.*
Umar bin Abdil Aziz RA berkata kepada seorang ulama, "Berilah nasihat kepadaku!" Ulama itu berkata, "Bertakwalah ke-pada Allah karena engkau akan mati." Umar berkata, "Tambah-kan kepadaku!" Ia berkata, "Tidak ada seorang pun dari nenek moyangmu hingga Adam melainkan telah merasakan kematian. Dan kini tiba giliranmu." Umar pun menangis karenanya.

Umar bin Abdil Aziz RA biasa mengumpulkan para ulama dan fuqaha' pada setiap malam untuk saling mengingatkan kematian dan Kiamat. Kemudian mereka menangis seolah-olah ada jenazah di tengah-tengah mereka.

Mu'adzah al-Adawiyyah RA** jika tiba siang hari, ia berkata, "Ini adalah hari di mana aku akan mati." Lalu ia tidak tidur hingga sore hari. Ketika tiba malam hari, ia berkata, "Ini adalah malam di mana aku akan mati." Lalu ia tidak tidur kecuali se-bentar. Ia shalat dan menangis hingga pagi. Ia pernah berkata, "Sungguh mengherankan bagi mata yang selalu tidur, padahal ia telah mengetahui akan adanya tidur panjang di dalam kubur yang gelap."

Hammad bin Salamah berkata, "Tsabit membaca,
'Apakah kamu kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna,' (Al-Kahfi: 37)
pada shalat malam sambil menangis dan mengulang-ulangnya."***

Tsabit al-Bunani RA**** berkata, "Tidak ada sesuatu pun yang aku jumpai dalam hatiku yang lebih lezat daripada qiyamul lail. Seandainya kaum yang celaka mencobanya, niscaya mereka me-ngetahui rahasia kebahagiaan yang sebenarnya."

Hammad bin Zaid berkata tentang Tsabit al-Bunani, "Aku melihat Tsabit menangis hingga tulang-tulang rusuknya ber-selisih." Raghib al-Qathan menuturkan dari Bakr al-Muzani, "Barangsiapa yang ingin melihat orang yang paling gemar ber-ibadah di zamannya, maka lihatlah Tsabit al-Bunani."

Qatadah berkata, " Menjelang kematiannya,Amir bin Qais RA menangis. Ditanyakan kepadanya, 'Apakah yang membuat-mu menangis?' Ia menjawab, 'Aku tidak menangis karena ber-sedih terhadap kematian dan tidak pula karena menginginkan harta duniawi. Tetapi aku menangisi kehausan di tengah hari (yakni puasa) dan qiyamul lail."*****
Ibunya berkata kepadanya pada suatu hari, "Orang-orang sedang tidur, mengapa kamu tidak tidur?" Ia menjawab, "Neraka Jahanam tidak membiarkanku tidur."

Tsabit al-Bunani RA berkata, "Kami pernah menyaksikan beberapa jenazah, maka kami tidak menyaksikan mereka kecuali dalam keadaan menangis. Demikianlah rasa takut mereka kepada Allah SWT."

Ketika saudara Malik bin Dinar meninggal, Malik keluar mengikuti jenazahnya dengan menangis seraya berkata, "Demi Allah, aku tidak terhibur hingga aku tahu ke mana engkau kem-bali, dan aku tidak tahu selagi aku masih hidup."

Seorang shalih berkata, "Aku berjalan bersama Sufyan ats-Tsauri , tiba-tiba seorang pengemis datang kepadanya, sedangkan dia tidak memiliki sesuatu untuk diberikan, maka Sufyan me-nangis. Aku bertanya, 'Apakah yang membuatmu menangis?' Dia menjawab, 'Suatu musibah bila seseorang mengharapkan ke-baikan darimu tapi ia tidak mendapatkannya'."

CATATAN KAKI:
http://www.kajianislam.net/modules/smartsection/item.php?itemid=226
* Ibnu al-Atsir, Manaqib asy-Syafi'i, hal. 108
** Mu'adzah binti Abdillah al-Adawiyyah, adalah seorang wanita ahli ibadah sekaligus seorang ulama wanita dari Bashrah, dinilai tsiqah (dapat dipercaya) oleh Yahya bin Ma'in. Meninggal pada tahun 83 H. Lihat, Siyar A'lam an-Nubala', 4/ 508
*** Siyar A'lam an-Nubala', 5/ 224
**** Tsabit al-Bunani adalah seorang imam panutan, tabi'in, tsiqah, abid dan zahid, meninggal pada tahun 127 H. Lihat, Siyar A'lam an-Nubala', 5/ 220
***** Lihat, Siyar A'lam an-Nubala', 4/ 19 ...alsofwah.or.id

I am The Winner (motifasi menghadapi ujian atau UAN)

Seorang pecundang akan berkata “Ini mungkin, tapi sulit” sedangkan seorang pemenang akan berkata “Ini sulit, tapi mungkin”

Sekarang kita tinggal memilih, kita akan menjadi siapa? Seorang pecundang atau seorang pemenang? Seorang pecundang yang hanya dengan melihat saja sudah menyerah, pasang kuda – kuda dan dalam hitungan ketiga lari menjauh. Seorang pecundang yang patah semangat, hilang kepercayaan diri, takut, dan percaya bahwa apa yang dilakukan akan percuma saja bahkan gatot (gagal total). Ataukah seorang pemenang, seorang pemenang yang percaya bahwa dia akan berhasil, dengan semangat, usaha, kerja keras, dan do’a dia percaya mampu menaklukkan dunia. Selanjutnya? Terserah anda!

Penulis yakin bahwa semua akan memilih menjadi seorang pemenang, karena memilih menjadi pemenang atau pecundang tidak sulit, sangat mudah hanya dengan memilih. Namun dalam pelaksanaan sulit untuk diterapkan.

Hidup adalah sumber masalah, pertempuran atau bahakan medan perang yang tidak akan pernah berhenti. Sejak kita lahir hingga membaca tulisan ini, semuanya pertempuran. Pertempuran melawan ketidakmampuan, ketidakberdayaan, dan juga pertempuran melawan ketidak maha tahuan kita.

Kita tercipta menjadi seorang pemenang sayangnya kita sendiri menjadikan diri kita seorang pecundang. Bagaimana tidak waktu kita kecil kita tidak mampu berbuat apa – apa, yang bisa kita lakukan hanya menangis. Lihatlah diri kita sekarang, kita bisa berjalan bahkan berlari, kita bisa makan bahkan membuat makanan, kita bisa berbicara bahkan bernyanyi. Coba banyangkan apa yang akan terjadi apabila sejak kita terlahir kita menjadi seorang pecundang yang takut belajar berjalan karena takut jatuh, yang takut makan sendiri karena takut belepotan dan ketakutan – ketakutan yang lain. Mungkin manusia akan punah karena tak mampu berbuat apa – apa.

Apabila kita tercipta menjadi seorang pemenang, mengapa kita rubah diri kita menjadi seorang pecundang. Pecundang yang mencari kambing hitam atas kesalahannya, pecundang yang bila diberi penghalang akan berbalik arah, pecundang yang selalu mencari jalan pintas atas semua kesulitan, pecundang yang ingin sukses tanpa kerja keras dan pecundang yang selalu menunggu keajaiban turun dari langit.

Salah satu rintangan akan kita hadapi [UAS, UAN, Ujian semester], satu rintangan yang sangat mudah dibandingkan rintangan – rintangan yang akan kita hadapi dihari yang akan datang. Inilah saatnya kita menentukan menjadi siapakah kita? Seorang pecundang atau menjadi seorang pemenang? Pemenang yang dengan sepenuh hati percaya bahwa dia akan menang, pemenang yang sadar bahwa keajaiban tidak datang dengan sendirinya melainkan dengan usaha dan kerja keras, pemenang yang tidak akan berbalik arah hanya karena ada penghalang didepannya, pemenang yang tidak akan bingung tuk mencari jalan pintas karena dia tahu dia berada di jalan yang benar, pemenang yang selalu menambah bekalnya untuk menemani perjalanannya, dan pemenang yang tidak akan membohongi diri sendiri dan orang lain tuk berbuat curang.

Jika kita memilih menjadi pemenang, masih ada waktu tuk menyiapkan semua bekal, masih ada waktu tuk menyingkirkan semua rintangan, masih ada waktu tuk mengubah pikiran kita terutama tentang apa yang kita pikirkan tentang diri kita.

And the last:
U ar what u think! So, u must believe that u ar the winner!! If u believe it, u’ll be the big winner!!
Keep Hamasah!!...keep fight...
Allahuakbar....Allahuakbar
....Allahuakbar....^_^

Temanku mati terbakar

Abu Abdillah berkata: "Aku tak tahu, bagaimana harus menuturkan kisah ini padamu. Kisah yang pemah kualami sendiri beberapa tahun lain, sehingga mengubah total perjalanan hidupku. Sebenarnya aku tak ingin menceritakannya, tapi demi tanggung jawab di hadapan Allah, demi peringatan bagi para pemuda yang mendurhakai Allah dan demi pelajaran bagi para gadis yang mengejar bayangan semu, yang disebut cinta, maka kuungkapkan kisah ini.

Ketika itu kami tiga sekawan. Yang mengumpulkan kami adalah kesamaan nafsu dan kesia-siaan. Oh tidak, kami berempat. Satunya lagi adalah setan. Kami pergi berburu gadis-gadis. Mereka kami rayu dengan kata-kata manis, hingga mereka takluk, lain kami bawa ke sebuah taman yang jauh terpencil. Di sana, kami berubah menjadi serigala-serigala yang tak menaruh belas kasihan mendengar rintihan permohonan mereka, hati dan perasaan kami sudah mati. Begitulah hari-hari kami di taman, di tenda, atau dalam mobil yang di parkir di pinggir pantai.

Sampai suatu hari, yang tak mungkin pernah saya bisa melupakannya, seperti biasa kami pergi ke taman. Seperti biasa pula, masing-masing kami menyantap satu mangsa gadis, ditemani minuman laknat. Satu hal kami lupa, saat itu, makanan. Segera salah Seorang di antara kami bergegas membeli makanan dengan mengendarai mobilnya. Saat ia berangkat, jam menunjukkan pukul enam sore. Beberapa jam berlalu, tapi teman kami itu belum kembali. Pukul sepuluh malam, hatiku mulai tidak enak dan gusar. Maka aku segera membawa mobil untuk mencarinya.

Di tengah perjalanan, di kejatuhan aku melihat jilatan api. Aku mencoba mendekat. Astaghfirullah, aku hampir tak percaya dengan yang kulihat. Ternyata api itu bersumber dari mobil temanku yang terbalik dan terbakar. Aku panik seperti orang gila. Aku segera mengeluarkan tubuh temanku dari mobilnya yang masih menyala. Aku ngeri tatkala melihat separuh tubuhnya masak terpanggang api. Kubopong tubuhnya lalu kuletakkan di tanah.

Sejenak kemudian, dia berusaha membuka kedua belah matanya, ia berbisik lirih: "Api..., api...!"

Aku memutuskan untuk segera membawa ke rumah sakit dengan mobilku. Tetapi dengan suara campur tangis, ia mencegah: ";Tak ada gunanya.. aku tak akan sampai...!

Air mataku tumpah, aku harus menyaksikan temanku meninggal dihadapanku. Di tengah kepanikanku, tiba-tiba ia berteriak lemah: "Apa yang mesti kukatakan padanya? Apa yang mesti kukatakan padaNya?"

Aku memandanginya penuh keheranan. "Siapa?" tanyaku. Dengan suara yang seakan berasal dari dasar Sumur yang amat dalam, dia menjawab: "Allah!"

Aku merinding ketakutan. Tubuh dan perasaanku terguncang keras. Tiba-tiba temanku itu menjerit, gemanya menyelusup ke setiap relung malam yang gulita, lain kudengar tarikan nafasnya yang terakhir. Innanlillaahi wa innaa ilaihi raaji 'uun.

Setelah itu, hari-hari berlalu seperti sedia kala, tetapi bayangan temanku yang meninggal, jerit kesakitannya, api yang membakarnya dan lolongannya "Apa yang harus kukatakan padaNya? Apa yang harus kukatakan padaNya?", seakan terus membuntuti setiap gerak dan diamku.

Pada diriku sendiri aku bertanya: "Aku,... apa yang harus kukatakan padaNya?"

Air mataku menetes, lain sebuah getaran aneh menjalari jiwaku. Saat puncak perenungan itulah, sayup-sayup aku mendengar adzan Subuh menggema: "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu Anla Ilaaha Illa Allah... Asyhadu Anna Muhammadar RasuluNah... Hayya 'Alash Shalaah..."

Aku merasa bahwa adzan itu hanya ditujukan pada diriku saja, mengajakku menyingkap fase kehidupanku yang kelam, mengajakku pada jalan cahaya dan hidayah. Aku segera bangkit, mandi dan wudhu, menyucikan tubuhku dari noda-noda kehinaan yang menenggelamkanku selama bertahun-tahun.

Sejak saat itu, aku tak pernah lagi meninggalkan shalat. Aku memuji Allah, yang tiada yang layak dipuji selain Dia. Aku telah menjadi manusia lain. Maha Suci Allah yang telah mengubah berbagai keadaan. Dengan seizin Allah, aku telah menunaikan umrah. Insya AIlah aku akan melaksanakan haji dalam waktu dekat, siapa yang tahu? Umur ada di tangan Allah.

http://www.dudung.net/artikel-islami/temanku-mati-terbakar.html
 

Soal Jawab Masalah Iman dan Tauhid

Soal Jawab Masalah Iman dan Tauhid
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Syarah tiga landasan utama

Syarah tiga landasan utama
Abdullah bin Shalih Al-Fauzan

Pasang surut keimanan

Pasang surut keimanan
Abdurrazaq Bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr