Bahtera Tauhid

Bahtera Tauhid
Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al 'Ariifi

Bulughul Maram

Bulughul Maram
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

Peran Iman Dalam Ibadah

Peran Iman Dalam Ibadah
Muhammad bin Al-Utsaimi

Jumat, 25 Desember 2009

Jadilah Pemuda Islam Yang Memiliki Rasa Malu

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri rodhiyallohu ‘anhu, dua berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi terdahulu adalah: ‘Bila kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu.” (HR Bukhari)

Rasa malu inilah yang hilang dari dalam diri para pemuda Islam sekarang. Mengapa? Banyak diantara pemuda Islam yang tanpa sungkan meninggalkan sholat, makan dan minum di siang hari pada waktu puasa di bulan Ramadhan, mengisap rokok, meminum-minuman keras, memakai obat-obatan terlarang hingga melakukan seks bebas. Ini semua terjadi karena hilangnya rasa malu sehingga ia bisa berbuat sesuka hati sampai melanggar larangan-larangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

Jika saja rasa malu tersebut ada di dalam diri mereka, pastilah mereka akan berpikir panjang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tersebut karena diri mereka merasa diawasi oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala karena Dia telah memperingatkan dalam Firman-Nya:

وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الأرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ

“Dan Dialah Alloh (Yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu tampakkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al An’am: 3)

Pada hakikatnya, sifat malu ini memiliki banyak keutamaan sebagaimana disabdakan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam dalam hadits-hadits berikut:

1. Dari Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anhu, bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam pernah melewati seorang dari kaum Anshar yang sedang menasihati saudaranya tentang rasa malu, maka Beliau bersabda,

“Biarkan dia (menasihati saudaranya) karena rasa malu adalah bagian dari iman.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Imran bin Hushain rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata “Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dari Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu, bahwasannya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Iman itu (terdiri dari) 70 lebih atau 60 lebih cabang, yang paling utama adalah ucapan “Laa Ilaaha Illallohu”, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu adalah satu cabang dari iman.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

4. Dari Abu Sa’id Al Khudri rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata,

“Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam itu lebih malu daripada seorang gadis yang ada di dalam ruang pingitannya. Maka apabila beliau melihat sesuatu yang tidak beliau sukai kami mengetahuinya pada wajahnya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Jika rasa malu itu merupakan sebagian dari iman dan juga merupakan suatu kebaikan, tentulah para pemuda Islam akan lebih merasa diawasi oleh Alloh dengan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang telah disebutkan di atas. Mereka akan lebih memanfaatkan waktu luangnya untuk sesuatu hal yang bermanfaat dan meningkatkan ketakwaannya kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

Jika ada di dalam dirinya rasa malu maka ia tidak akan makan dan minum di siang hari ketika sedang puasa karena sekalipun tidak ada orang yang melihat maka ia merasa ada yang melihatnya yaitu Alloh. Begitupula bila ia memiliki malu maka ia tidak akan meninggalkan sholat karena ia tahu bahwa meninggalkan sholat adalah dosa besar.

Allohu A’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Soal Jawab Masalah Iman dan Tauhid

Soal Jawab Masalah Iman dan Tauhid
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Syarah tiga landasan utama

Syarah tiga landasan utama
Abdullah bin Shalih Al-Fauzan

Pasang surut keimanan

Pasang surut keimanan
Abdurrazaq Bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr